Cerita sebelumnya bisa dibaca di sini
Hasil browsing di internet, rekomendasi hotel atau penginapan di Manila adalah di daerah BGC (Bonifacio Global City) atau di sekitar Makati. BGC ini bisa dibilang daerah district atau seperti pusat bisnis Manila. Kalau di Jakarta, Indonesia, BGC mungkin seperti SCBD. Tapi karena pusat bisnis dan tatanan kotanya juga modern tentu saja harga hotel atau penginapan di daerah ini agak pricey. Akhirnya aku memutuskan untuk mencari penginapan di daerah Makati saja.
Selain itu lokasi KBRI Manila juga berada di Makati. Ah, tentu saja aku ingin merasakan solat Id di KBRI Manila. Daripada kejauhan ke mana-mana akhirnya aku berselancar mencari penginapan di sekitar Makati.
Pilihan hotel tentu saja banyak. Tapi karena mau menginap selama lima malam, pilihan hotel sepertinya bukanlah opsi yang cukup bijak. Setelah ceki-ceki hotel dan mengkalkulasi ke rupiah harganya masih tergolong mahal. Opsi hotel jadinya dicoret dan beralih ke Airbnb. Ubek-ubek Airbnb akhirnya aku menemukan harga yang cukup masuk akal dan sesuai dengan kesanggupan kantong yaitu untuk 5 malam seharga Rp1.380.000,- bagi dua 690k. Jadi semalam @138k. Wow, bungkus!
Nama Airbnb-nya adalah Estrella by Point Blue EST 302 yang berlokasi di 8080 Estrella St. San Antonio, Makati City. Lokasi Airbnb ini sangat strategis berada di jalan utama. Alamatnya juga ada di Grab. Jadi kalau mau pergi-pergi tinggal nunggu depan gerbang. Depan apartmen ini juga ada warteg khas Philippines. Eits, tapi aku gak jajan di sini, ya. Karena dia masak pork. Tapi langganan jajanku di area apartmen ini adalah seven one one alias sevel atau seven eleven. Hehe. Jajan onigiri, mie gelas, fast food, roti dan cemilan-cemilan khas yang jarang aku temukan di Indonesia. Dari apartment tinggal jalan kaki kalau ke sini.
Selama enam hari di Filipina, aku cuma makan berat sekali sehari. Sisanya ya jajan di Sevel. Bukan apa-apa. Emang karena lebih banyak tidurnya daripada jalannya. Apalagi kondisi badan emang belum fit betul. Jadinya sering keluar apartmen itu di siang hari. Atau siang menjelang sore. Pagi masih mendekam di apart aja.
Nah, untuk makan berat ini di sekitar apartment aku menemukan satu warung makan khas Indonesia. Hasil dari search google maps resto or café halal nerby/ around me. Klue nya itu aja deh nyari makan di luar negeri. Halal food around me atau nearby. Eh, muncullah Kampoeng Indo-Ph. Yang supprisingly, tinggal jalan kaki aja dari apartment. Jadilah sampai langganan dua atau tiga hari berturut-turut jajan makanan berat di sini. Favoritku adalah nasi goreng ikan asinnya. @kampoengindoph penyelamat urusan perut ketika di Filipina. Makan di tempat pun ditemani musik-musik Indonesia serta tentu saja semua pelayannya juga fasih berbahasa Indonesia. Emang benar-benar khas Indonesia banget sih rasanya. Juara.
Komunikasi dengan Aribnb aku lakukan via aplikasi. Terutama untuk request early check-in. Sebenarnya aku diminta untuk menghubungi staf manajemen mereka melalui aplikasi Viber. Aku minta WhatsApp tapi mereka tak punya. Viber itu semacam aplikasi WhatsApp di Philippiness. Sempat agak kendala waktu check-in karena aku sudah sampai lokasi tapi respon chat di aplikasi belum ada. Install Viber pun gak berhasil karena kayaknya harus pakai local number. Karena akses masuk apartmennya pakai kunci tersendiri dan depan gerbang gak ada petugas. Untunglah gak butuh waktu lama. Setelah bersabar siang-siang kepanasan nunggu respon dari aplikasi akhirnya ada yang bukain pintu dan menyilakan masuk untuk check-in. Thank God. Bisa early check in di jam 12 siang.
Ada harga ada rupalah, ya. Dengan harga yang didapat tentu aku tak muluk-muluk. Intinya bersih, rapi dan bisa jadi tempat beristirahat selama di Manila. Yups. Airbnbnya ternyata mini studio banget yang emang sangat pas-pas-pas khusus untuk diisi dua orang saja. Kalau lebih? Aku tak rekomen, ya. Karena emang muat plek untuk dua orang. Isinya 1 ranjang ukuran 140, lemari, meja, kamar mandi, dan wastafel. Eits, ada teko listrik pemanas air juga kok dan oven. Terbantu banget buat manasin onigiri. Ini juga sih salah satu alasan kenapa akhirnya aku check outAirbnb ini karena ada ovennya buat manas-manasin makanan. Oya, tentu ada AC juga walau agak berisik. Water heater juga ada. Fasilitasnya lengkap sih. Disediain juga handuk mandi, sampo dan sabun. Cocoklah untuk nginap beberapa hari. Aku lihat juga ternyata ada beberapa unit dari apartmen ini emang yang khusus disewakan untuk Airbnb. Ditandai sama label Airbnb yang tertera di depan pintu. Lalu sisanya diisi sama penyewa unit.
HARI PERTAMA DI MANILA
Siang hari abis check in di Airbnb hal pertama yang langsung aku lakukan adalah tidur siang. Lelahnya sangat luar biasa. Penerbangan empat jam yang tidak bisa tidur nyenyak karena bising mesin pesawat dan AC yang dingin. Tidur pulas terbayarkan hingga jam tujuh malam. Mantap.
Hari pertama di Manila hanya berkutat dari bandara ke penginapan, tidur siang, dan bangun malam hari. Bangun-bangun perut lapar. Saatnya berburu makan malam.
JOLLIBEE
Jollibee ini adalah incaran fast food perdana yang ingin aku incar saat sampai di Manila. Mau merasakan apa sih bedanya dengan KFC, MD atau CFC dkk nya. Karena Jollibee ini emang makanan cepat saji khas Filipina. Gampang banget menemukan outlet-outlet Jollibee. Dari apartemen aku mengecek Jollibee terdekat dan ternyata bisa ditempuh dengan jalan kaki. Terdekat ada di sekitar Makati Commerce Tower. Beberapa blok dari apartment. Mulai dari jalanan yang sepi hingga jalan utama yang lalu-lalang kendaraan malam hari.
Aku memesan paket ayam dan nasi. Selain itu juga memesan spageti dan ice cream. Rasanya? Wah, yang tadinya nafsu makan sedang kurang-kurangnya, ketika mencicipi Jollibee seketika nafsu makan kembali datang. Enak. Enak pakai banget. Ayamnya aku sangat suka pun spagetinya.
Terpesona pada percobaan pertama, alhasil hampir tiap hari tiada hari tanpa makan Jollibee. Selain nyari aman pun menu ayam dan spagetinya juga pas. Hampir seminggu di Filipina, mungkin hanya dua hari terakhir yang akhirnya gumoh makan Jollibee. Setidaknya nanti jika ditanya, kenapa sih pengen balik lagi ke Filipina? Aku akan menjawab, kangen makan Jollibee.
TRANSPORTASI SELAMA DI MANILA
Selama di Manila, karena jalan berdua aku prefer menggunakan grab car untuk mobilisasi. Kalau jarak yang dekat-dekat cukup jalan kaki aja. Apalagi punya resolusi 10.000 langkah sehari. Makanya kalau jarak-jarak yang masih itungan 2-3 km sikat aja jalan kaki. Selain itu, tentu saja untuk berhemat peso.
Selain grab yang tentu sangat simpel digunakan. Ada juga beberapa aplikasi lainnya yang khas Filipina salah satunya adalah Joy Ride. Mungkin kalau di Indonesia seperti Gojek (Go-ride). Tapi harus install sendiri dan aku gak tahu apa perlu regis pakai nomor Filipina atau tidak. Namun bagi yang ingin sat-set-sat-set di jalanan Manila yang kadang macetnya gak ketulungan, bisalah Joy Ride menjadi solusi dan tentu saja bisa menjadi pengalaman tersendiri.
Ada satu lagi pengalaman yang mungkin jangan sampai terlewatkan ketika berada di Manila, yaitu naik Jeepney. Jeep yang punya ciri khas dan menjadi simbol budaya Filipina. Transportasi umum ini sangat popular di Filipina. Kalau di Indonesia mungkin ya kayak angkotnya Jakarta. Tampang moda transportasi ini sangat unik. Aku pas lihat awal sempat heran, loh ini mobil apa? Eh, ternyata itu semacam angkotnya Filipina. Bentuknya panjang. Penumpang naik dari belakang dan sistem ongkosnya katanya oper-operan antar penumpang. Konon katanya Jeepney ini adalah peninggalan Amerika saat Perang Dunia II. Warnanya yang cerah dengan dekorasi meriah yang memikat mata berhasil menjadikan Jeepney sebagai ikon Filipina yang menarik wisatawan untuk mencoba sensasi naiknya.
*Tulisan ini bagian dari cerita perjalananku ke Manila, Filipina. Ditulis menjadi beberapa part. So, ditunggu ya cerita lengkapnya.