“Telat
5 menit pintu tutup!” Teng … masih terngiang-ngiang di telinga dan terbayang gedebak-gedebuknya.
Acara ini diselenggarakan tanggal 25-28 Juni 2019 di Royal
Padjajaran Hotel selama 4 hari 3 malam full
tanpa leyeh-leyeh sedikit pun. Ah, jangankan untuk hanya sekadar santai-santai
menikmati fasiltas hotel, waktu istirahat acara saja sudah ngap-ngapan, dari lantai 9 turun ke kamar lantai 5,lalu turun lagi
ke resto untuk makan. Semua harus tepat waktu.
Aku baru mengetahui info workshop ini pada tanggal 15 Juni. Yang artinya H-10 sebelujm
kegiatan dimulai. Mepet? Sudah pasti. Awalnya agak pesimis pasti sudah banyak
yang daftar apalagi slot terbatas.
Tapi entah kenapa tetap saja ingin coba, siapa
tahu masih rezeki, pikirku.
Selain telat dapat info ternyata persyaratan untuk
mengikuti kegiatan ini pun masih kurang . Satu dari sekian persyaratannya
adalah minimal sudah menerbitan 3 buku. Otomatis aku masih kurang 1 buku. Baru
ada 2 yang terbit; Aku, Mereka, dan Ranah Jawa (2015) dan Bertandang ke Ranah
Daeng (2018). Pesimis lagi. Tapi tetap saja nekat WA contact person yang tertera, lagi-lagi, siapa tahu masih rezeki.
“Selamat
siang mba, yang ini masih bisa daftar?”
“Silakan
isi data berikut……”
“Untuk
buku, sy masih kurang 1 lagi. Apakah masih boleh isi data?”
“Boleh Kak, kalau ada 1 naskah yang
belum terbit tapi sudah selesai, gpp disertakan, kurungi aja coming soon.”
Nah kan,
Alhamdulillah masih rezeki. Ada 1 naskahku yang sudah kelar, yaitu tentang
perjalananku ke Anambas tahun lalu. Sekarang
posisinya sedang menunggu pinangan penerbit. Yey, jadi bisa ikut daftar.
Membawa si baby Bertandang ke Ranah Daeng |
Alhamdulillah kabar
baik berikutnya menghampiri, tepat hari Kamis tanggal 20 Juni jam 11 pagi ada
WA masuk dengan kata pembuka SELAMAT. Alhamdulillah aku terpilih menjadi satu
dari 50 peserta terpilih. Keesokannya, hari Jum’at aku langsung gencar mengurus
izin dari kantor. Karena hanya tersisa dua hari, Jum’at dan Senin karena Selasa
acara sudah akan dimulai.
Yeeey,, welcome ilmu baru.
Kenapa
aku sangat tertarik untuk mengikuti workshop
ini?
Jujur, alasan utamanya
adalah penyelenggaranya yaitu BEKRAF. Salut dengan kepedulian instansi ini kepada
para penulis dan dunia literasi tentunya. Apalagi workshop ini bukan yang pertama kalinya. Sudah diselenggarakan
terlebih dahulu di sepuluh kota lainnya di Indonesia sebelum Bogor menjadi kota
yang kesebelas.
Lalu, acara selama
empat hari tiga malam ini terbatas, hanya untuk lima puluh orang penulis
terpilih saja. Bayangkan, bakalan ketemu dengan penulis-penulis hebat lainnya, loh.
Acaranya
diselenggarakan di Kota Bogor. Jadi akses masih dekat dan gampang. Walau memang
tidak ada uang transpor (yang dijanjikan diawal) tapi selama acara berlangsung
mulai dari hotel, makan dan fasilitas lainnya sudah free. Bisa dibilang acara gratis, coy.
Kemudian,
narasumbernya donk. Orang-orang kece
dan keren semua. Yang ilmunya sudah tidak diragukan lagi dalam dunia literasi.
Sudah dapat dipastikan bakalan banyak ilmu yang dibawa pulang kelar acara.
Benar-benar tidak hanya gelas kosong yang perlu dibawa, tapi baskon dan ember
dibawa sekaligus biar bisa nampung banyak ilmu.
Para mentor |
Mentor
Kirana
Kejora
Mentor utama dan
pertama sekali adalah Mbak Kirana Kejora. Dari sebelum acara, semuanya
dikoordinir oleh beliau. Bisa dibilang kesuksesan WWA BEKFAF adalah berkat
wanita yang biasa dipanggil Mbak Key ini. Semuanya beliau yang in charge. Masih sangat melekat pertama
kali beliau say hi di grup WhatsApp,
sudah langsung gedar-gedor kalimat
panjangnya. Yang menyimpulkan kalau kegiatan ini bukan main-main. Jangan harap
bakalan bisa santai atau tenang-tenang. Intinya bakalan padat merayap tanpa
ampun. Sudah di warning diawal
sebelum hari H, yang mental cemen
silakan mundur dan berikan seat pada
peserta yang waiting list. Karena
WWWA BEKRAF ke 11 di Bogor ini adalah kawah candradimuka yang artinya ya harus
konsisten dan sunggunh-sungguh.
Kalimat beliau
lainnya yang masih sangat kuat diingatanku adalah telat lima menit pintu
ditutup! Haha kalimat yang membuat kocar-kacir peserta untuk dapat ontime dalam setiap sesi. Walau jeda
istirahat hanya satu jam saja, tapi harus cukup untuk semua seperti makan siang
dan melaksanakan salat lima waktu. Benar-benar ngos-ngosan dibuatnya. Ngos-ngosan
tapi seru. Terlepas dari itu semua aku cukup berbangga. Terpilih menjadi
peserta dari 500-an orang yang daftar. How
lucky I was.
Selama empat hari
kegiatan berlangsung Mbak Key tak pernah absen sekalipun. Walau pemateri narsum
lain doi tetap setia dampingi kita
para peserta.
Materi dari Mba Key
juga tak kalah banyaknya. Mulai dari seluk-beluk beliau memulai menulis,
perjuangannya jadi seorang penulis hebat seperti sekarang ini, jatuh-bangun
yang dia lalui dibuka terang-terangan selama acara. Bagi aku seorang penulis
pemula tak berhenti-henti merinding dibuatnya. Karena wanita yang berdiri di
depanku ini adalah bukti nyata bahwa orang yang bersungguh-sungguh itu, jaminannya
adalah keberhasilan dan kesuksesan. Lebih tepatnya usaha itu tidak akan pernah
menghianati hasil.
Walau berdiri di
depan sebagai pembicara, beliau tak henti-hentinya melecut semangat kami.
Project beliau kedepan
yang aku tahu adalah penayangan YORICK, diangkat langsung dari novel best seller-nya yang berdasarkan kisah
nyata. Pun juga sudah tuntas aku baca dan berhasil membuat mata sembab.
Sukses selalu Mbak
Key. Semoga kelak aku bisa berada diatasmu seperti yang sering engkau tularkan
ketika WWA. Kami yang 50 orang penulis terpilih kelak harus “lebih” diatas
kalian para mentor yang sedang berada didepan.
Agustinus
Wibowo
Well, sejujurnya ini juga menjadi
alasan kuat aku untuk ikut workshop
ini. Dapat dipastikan, siapa sih traveler
yang tidak mengenal Koh Agus? Titik Nol adalah karya beliau yang sangat terkenal.
Buku pertama dengan tebal lebih dari 500 halaman yang berhasil aku santap
seketika bahkan berulang kali. Perjalanan yang penuh kontemplasi. Sejak saat
itulah aku mulai mengangumi beliau dengan perjalan-perjalanan luar biasanya.
Pernah juga beberapa kali aku mau ikut
kelas kepenulisan yang dimentori beliau, ternyata setelah dilihat
angka-angkanya cukup fantastis. Langsung mundur teratur.
Pas tahu doi jadi satu pembicara di WWA BEKRAF
tentu aku sangat antusias dan berharap lolos agar dapat menyerap ilmu langsung
tentang kepenulisan travel story dari
pakarnya.
Mendengarkan materi
dari Koh Agus layaknya seperti sedang didongengkan. Doi hanya bercerita mengalir tentang perjalanan yang sudah
dilakukannya tapi semua peserta seperti terhipnotis mendengarkan. Pun aku.
Kalau bisa mata jangan sampai berkedip, telinga terus terbuka lebar karena
saking yang beliau sampaikan itu berguna semua.
Dan ternyata aku juga baru tahu, buku
sekelas Titik Nol itu memang tidak langsung jadi begitu saja. Ada perjuangan
panjang yang dilakukan oleh Koh Agus, termasuk sampai sebanyak 26 membaca
naskah ceritanya tersebut. Bahkan untuk project
buku yang sekarang sedang digarapnya, dia sudah membaca lebih dari 200 buku untuk
riset dan referensi. Ternganga sih
dengarnya. 200 buku euy. Keren
maksimal.
Dari segi materi lagi, aku banyak mendapat
ilmu tentang dunia kepenulisan terutama travel
story yang memang menjadi concern-ku.
Satu diantaranya, mengajarkan perjalanan yang penuh kontemplasi.
Thanks Koh Agus ilmunya, semoga dilain
kesempatan bisa menyerap ilmu lebih lagi dari dirimu.
Pidi
Baiq, Khrisna Pabichara, Jia Effendie
Selanjutnya ada juga ayah Pidi Baiq,
ayahnya Dilan. Ini adalah kali kedua aku dapat bertatap langsung lagi dengan
beliau. Setelah dulu pertama kalinya di tahun 2015 aku semeja dengan beliau
ketika mengikuti workshop kepenulisan
yang lain.
Daeng
Khrisna Pabicara juga keren ilmunya. Pakarnya KBBI, begitulah julukan yang
tepat untuk beliau. Aku bisa bilang beliau adalah KBBI berjalan saking cintanya
dengan penulisan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Terakhir ada Mbak Jia Effendie dari
Storial.co. Laman online yang sangat support penulis. Membantu banget para
para penulis terutama pemula. Berkontribusi tak hanya sekadar kontribusi, tapi
juga ada “hasilnya”.
Okay, jadi itu para
pemateri di acara WWA BEKRAF yang nonstop memberi ilmu dari pagi hingga tengah
malam.
Apa
output nyata dari kegiatan ini?
Peserta WWA yang berjumlah 50 orang dibagi menjadi 7
kelompok. Tiap kelompok ini benar-benar diasah kemampuannya untuk mempelajari
seluk-beluk kepenulisan terutama tentang buku. Belajar dari hilir hingga hulu.
Dari proses sampai terbit hingga marketing
dan promosinya. Di hari terakhir kami semua wajib untuk mempresentasikan
rencana buku yang akan kami garap tiap kelompok. Bahkan lengkap dengan book trailer-nya. Di waktu yang sempit
dengan hujatan materi kami harus bisa dan siap presentasi dengan konsep yang
wajib matang. Benar-benar luar biasa josnya.
Syukurlah memang penulis
yang terpilih adalah orang militan, seperti kata Mbak Key. Jadi tetap berhasil
mengerjakannya walau agak ngap-ngapan
dibuatnya. Termasuk limit waktu pengerjaan project
ini pun bisa dibilang mepet. 28 Juni berakhir acara, 4-6 Oktober karya sudah harus
mejeng pada BEKRAF Festival di Solo nantinya.
Lucky
us, selain itu
Insya Allah nanti kami juga akan launching
secara resmi tanggal 22 September 2019 di Perpustakaan Nasional Indonesia
(Perpusnas), Jakarta. Ah, can’t wait for
that event.
Sedang presentasi konsep kelompok kami |
Dari
segi peserta
50 orang terpilih
ini selain ada yang memang sudah full
time writer tapi tak jarang juga ada yang punya profesi lain. Sebut saja
ada yang memang kesehariannya bergelut di industry per-film-an, guru, konsultan
konstruksi, kerja di instansi pemerintahan atau bahkan banyak lagi profesi
bergengsi lainnya.
Benar-benar membuka
mata, kalau menulis itu bukan hanya sekadar bakat. Siapa saja bisa menjadi
penulis asal ada kemauan dan terus mengasah kemampuan.
Sedangkan bagi yang
full-time writer aku sampai terkejut
juga mendengarnya. Ada yang sudah menulis 25 buku atau malah lebih terkejutnya lagi ada yang sudah menulis lebih dari 65
buku, loh. Ckcck.
Selain itu juga ada
yang sudah menjadi script writer,
penulis ide cerita FTV dan banyak lainnya lagi yang bikin aku ternganga melihat
sepak terjang mereka.
Jadi dengan
demikian, secara tidak langsung aku juga termasuk orang hebat seperti mereka loh, ya. Alhamdulillah.
***
Namun demikian,
satu saja yang agak minus aku rasa
dari kegiatan ini. Dengan padatnya waktu kegiatan, jadi intensitas untuk saling
mengenal peserta lebih dekat agak kurang. Rasanya tak cukup banyak waktu untuk
melebarkan koneksi selain hanya pada teman sekamar dan kelompok tim yang memang
duduk dalam satu meja bundar. Seperti yang aku bilang diawal, jangankan hanya
untuk sekadar ngobrol basa-basi, waktu istirahat saja gedebak-gedebuk. Alhasil, orang-orang hebat tersebut hanya dapat
dikenal sekilas tanpa dapat mengobrol lebih jauh dengan mereka.
Meski begitu,
beruntung aku lumayan dapat tambahan teman-teman baru yang hingga saat ini intens
komunikasi. Pertama dengan Vero, teman sekamar yang novelnya juga banyak nongkrong di toko buku.
Lalu tentunya para kelompokku, Antargata. Mbak Nunik, Bu Riza, Dede, Mbak
Karin, Pak Joego dan Mas Tegar adalah keluarga baruku sekarang ini. Semoga buku kami berjudul sama, ANTARGATA, Insya Allah siap kedepannya membawa kami mengudara lebih jauh dan tinggi lagi.
Dan tak lupa pula
beberapa teman lainnya yang sudah komunikasi singkat. Mbak Delisa yang menjadi
narahubung. Teman-teman di dunia instagram tapi belum sempat bercerita lebih
jauh dan tentu teman-teman lainnya yang say
hai saat acara.
Ternyata kurangnya
waktu tidak hanya dirasakan oleh para peserta. Mbak Key juga merasakan hal
demikian. Ada materi yang masih belum tersampaikan kepada kami sedangkan waktu
acara sudah akan berakhir. Hhhmm 4 hari 3 malam yang singkat ternyata.
Terlepas dari itu
semua. Alhamdulillah acara berjalan dengan lancar. Dibuka dengan semangat
membara oleh Bu Poppy Savitri selaku perwakilan BEKRAF membuat kami semua merasa
terharu dengan kepedulian BEKRAF terhadap dunia literasi terutama kepada kami para
penulis.
Terima kasih BEKRAF.
Semoga teman-teman
penulis di daerah lainnya di Indonesia kelak juga bisa merasakan euforia yang
kami dapatkan.
Tunggu karya-karya
kami ya. Kami akan membuktikan WWA 11 BEKRAF 2019 dengan sebutan ELANG GUNUNG
akan siap menggemparkan dan mengudara tinggi.
Terima kasih semua.
Wilda
Hikmalia
Penulis
Terpilih Workshop Writerpreneur
Accelerate BEKRAF 2019