“Wah kerjanya apa,
kok jalan-jalan terus?”
“Gajinya gede ya?
Bisa jalan ke mana-mana.”
“Banyak duitnya nih,
jalan-jalannya non-stop.”
Dan banyak lainnya
lagi nada-nada atau ujaran-ujaran serupa yang sering berseliweran di telingaku.
Entah kenapa persepsi kebanyakan orang, kalau yang suka traveling itu adalah kategori
“kelas wow”. Padahal banyak sekali hal yang mereka tidak tahu. Banyak faktor
yang harus dikorbankan, banyak mau yang harus di takar-takar ulang, berhemat
sehemat-hematnya atau bahkan banyak hal yang harus diperjuangkan demi
terlaksananya niat jalan-jalan. Bahkan tidak hanya itu, tapi soal perkakas
penunjang traveling pun kadang menjadi topik pertanyaan atau kekepo-an yang menarik.
Sebelum membahas
tentang perlengkapan penunjang traveling (traveling
gear), bagiku traveling itu sendiri adalah investasi besar dalam hidup.
Pernahkan membaca quote Uang bisa dicari
tapi kalau pengalaman takkan pernah kembali? Nah, ini dia alasan pertama
kenapa aku menganggap jalan-jalan yang memang sudah aku lakoni selama 8 tahun
belakangan sebagai investasi besar dalam hidupku. Selagi muda, aku memutuskan
membeli pengalaman itu sebagai modal untuk hari tua nanti. Cerita untuk
anak-cucu kelak. Menjelajahlah selagi muda, selagi sehat dan selagi diberi
kesempatan. Karena umur akan berlalu begitu saja jika tidak diisi oleh hal-hal
yang bermanfaat dan menunjang peningkatan kapasitas diri.
Lalu, untuk men-support setiap perjalanan tersebut
mulailah aku melakukan investasi-investasi lainnya terutama pada perlengkapan
traveling. Karena intensitas traveling juga semakin meningkat. Kadang bisa
berada di suatu daerah dalam jangka waktu seminggu, 2 minggu bahkan sampai 1
bulan lamanya. Tentu saja perlengkapan yang mesti aku bawa harus menunjang
kenyamanan dan keamananku selama traveling. Yang kemudian barang-barang itu aku
sebut sebagai investasi ke dua setelah traveling itu sendiri.
1.
Ransel
Kalau sekarang
teman-teman ada yang melihat aku memakai ransel atau carrier produk ternama, don’t
get me wrong. Aku benar-benar belum sanggup membelinya pada saat pertama
kali memutuskan untuk traveling keliling Indonesia. Jangan kira pertama
traveling tahun 2012 lalu aku langsung punya ransel bagus dan mahal. Awalnya
dulu aku pinjem punya teman untuk 12 hari di Bali dan Lombok. Setelah itu
dikasih teman sebuah ransel KW. Meski KW ke sekian tapi dia berhasil menemaniku
ke Karimun Jawa-Jepara-Semarang selama 8 hari.
Baru di tahun 2014
aku punya ransel backpack 40L (bukan carrier malah) yang awet sampai sekarang. The one and only. Itupun berhasil aku
beli setelah menabung dari 2012. Belinya yang bagusan sekalian. See, kelihatan kan bagaimana aku memulai
investasi itu?
2.
Jaket
Jaket merah yang
identik dengan diriku pertama kali traveling juga bukan produk mahal. Punya
jaket satu-satunya dulu beli di sebuah Dept. Store. Bukan khusus jaket gunung
atau semacamnya. Tapi Alhamdulillah
berhasil menemaniku ke beberapa puncak gunung di Pulau Jawa termasuk Ranu
Kumbolo, Papandayan dan Bromo. Baru setelah itu nabung lagi dan dapat beli
jacket bermerek yang sesuai kualitasnya. Karena memang concern ku waktu itu adalah mendaki gunung. Alhamdulillah juga awet
sampai sekarang.
3.
Kamera
Nah, kalau yang ini
memang dizaman sekarang tampaknya seperti menjadi barang penting. Bahkan tak
elak berlomba-lomba berlagak kamera mewah. Tapi terkadang aku agak geli sendiri
melihat sebagian ulah orang yang menganggap seolah kamera itu adalah barang
wajib. Tergelak betapa dulunya aku tak sama sekali kepikiran soal alat dokumentasi
ini. Okelah kalau sekarang memang sudah menjadi penunjang perjalanan teruma
untuk postingan instagram dan kebutuhan foto untuk blog. But, just so you know barang mewah itu juga bukan langsung aku
dapat seperti sim salabim abrakadabra. Semuanya butuh proses euy, apalagi untuk investasi.
Dulu pertama kali
traveling hanya mengandalkan kamera dari HP Nokia Type C2-03 lalu berganti ke Blackberry.
Punya tabungan baru mulai beli kamera Nikon Coolpix. Tapi ternyata tak bertahan
lama karena langsung wafat ketika di bawa ke Karimun Jawa, nyemplung ke laut. Menabung lagi akhirnya dapat Fujifilm FinePix
dari tahun 2013 sampai Januari 2019 lalu. Kemudian hasil dari tabungan
sebelumnya beralihlah sekarang ke mirrorless. Alasan ganti karena memang
menyesuaikan dengan kebutuhan dan tampak lebih enteng jika dibawa ke mana-mana.
Proses investasinya juga panjang, toh?
4.
Sandal Gunung
Karena aku orangnya
fleksibel. Sandal gununglah yang akhirnya bisa membuatku nyaman ketika bepergian.
Bisa di bawa santai, ke gunung, laut dan bisa disegala medan. Dan ternyata
inilah satu-satunya gear traveling-ku yang tak salah pilih dari
awal. Dari pertama kali traveling sampai sekarang masih setia pakai sandal
gunung brand lokal ini. Paling cuma ganti model. Itupun ganti bukan karena
sudah rusak. Sebenarnya masih layak pakai tapi memang sudah ingin punya yang
baru. Selain kualitasnya bagus modelnya juga variatif. Dua komposisi yang pas. Monggo, bagi yang mau investasi gear sandal gunung aku rekomendasikan akasakaoutdoor.co.id cocok untuk investasi
perlengkapan traveling dengan kualitas oke. Selain sandal gunung, Akasaka juga menyediakan perlengkapan penunjang
perjalanan lainnya seperti carrier, celana gunung, jaket dan banyak lainnya
lagi. Tentunya kualitasnya sama oke dengan ketangguhan sandal gunungnya yang
sudah tak diragukan lagi.
Sandal Akasaka menemaniku eksplorasi Kep. Anambas |
Intinya untuk memulai
traveling tidak harus dari barang-barang mahal atau tergiur merk-merk yang
bertebaran. Sesuaikanlah dengan kemampuan dan kesanggupan. Bertahap dan perlahan.
Selebihnya jangan lupa menabung untuk bisa memperoleh barang yang diinginkan. Upgrade gear tentu saja boleh, apalagi
untuk investasi kebutuhan traveling. Asal sesuai dengan kebutuhan dan
kesanggupan. Intinya, mulai aja dulu dari barang biasa, lalu menabung dan beli
yang memang kualitasnya bagus biar awet dan tahan lama.
Happy
traveling J