St. Tj. Karang Lampung |
Jum’at,
22 September 2017
Selepas sholat dzuhur
aku kembali mengepak ransel, packing dan bersiap melanjutkan perjalanan. Berat
rasanya hati melangkahkan kaki meninggalkan Way Kambas. Pagi, siang, malam di
sini sangat banyak cerita dan nuansa yang melekat. Tapi apalah daya langkah
kaki harus segera dilanjutkan.
Sekitar jam setengah
dua kembali roda dua membelah jalanan kawasan Taman Nasional Way Kambas
mengantarkan dua orang pengunjungnya yang berat hati meninggalkannya. Pul bus
Damri Tridatu adalah tujuan berikutnya. Menunggu Damri yang akan membawa ke
Rajabasa.
Jam 14.40 Damri pun
datang. Perjalanan panjang dalam buaian tidur dilanjutkan. Aku tidak
berhenti-henti berpesan kepada bapak petugas Damri untuk nanti menurunkan di
tempat terdekat menuju stasiun Tanjung Karang. Setiap dia lewat ke belakang
menagih ongkos penumpang yang baru naik, selalu aku pesankan, “Jangan lupa ya
Pak, dikasih tahu nanti kalo sudah deket stasiun, mau lanjut Palembang sayanya.”
¤¤¤
Tujuan aku berikutnya
setelah dari Way Kambas adalah ke Palembang. Menikmati Jembatan Ampera dan
Sungai Musinya. Dari Lampung ke Palembang sebenarnya bisa diakses dengan bus
antar provinsi, tapi setelah mengetahui ternyata ada Kereta Api yang menghubungkan
dua provinsi ini, aku langsung tertarik. Hulala, selama ini seringnya naik KAI
lintas Pulau Jawa saja, kali ini tak apalah mencoba kereta api lintas sumatera.
Menjelang jam 6 sore
pak Damri sudah memberi kode untuk siap-siap turun.
“Sini pak?” aku
menunjuk padanya memperjelas.
“Iya, turun sini aja.
Biar deket lagi ke stasiunnya.”
“Kalo sy pesen Gojek,
bilang titiknya di mana?
“Bilang di pertamina
sebelum terminal.”
“Okay, baiklah.
Terima kasih Pak. Sampai ketemu lagi.”
Turun dari Damri aku segera merapat ke pinggir, mencari titik-titik yang aman untuk memesan ojek online. Melihat situasi apakah ada pangkalan ojek atau tidak, aman atau tidaknya. Duduk sejenak dan bersiap pesen ojek online. Yuhuu,ternyata tak perlu menunggu lama babang gojekpun dapat. Cuus, meluncur stasiun Tanjung Karang.
Kereta Sriwijaya
adalah kereta lintas sumatera yang nantinya akan aku naiki menuju ibukota
Sumatera Selatan, Palembang. Naik dari Tanjung Karang menuju Kertapati,
Sriwijaya menempuh perjalanan sekitar 9 jam. Berangkat dari Tj. Karang jam
21.00 dan sampai Kertapati 06.15 pagi. Alhasil malam harinya akan tidur di
kereta.
Naasnya sore itu aku
datang terlalu awal di stasiun. Aktifitas belum dibuka. Mau cari makan tapi
rasanya pundak begitu berat membawa ransel. Untunglah bapak petugas stasiun
yang aku tanyai berbaik hati untuk dititipkan ransel terlebih dahulu. Sementara
mencari makan malam, ransel dititipi di stasiun.
Lampung sore itu |
21.00 Sriwijaya siap
membelah jalanan Lampung – Palembang. Alhamdulillah pertama kalinya naik kereta
sumatera dan ontime. Sriwijaya memiliki
2 kelas, bisnis dan eksekutif. Karena perjalanan panjang dan tidur di kereta
aku memilih kelas eksekutif biar nyaman untuk merebahkan badan. So far so good
perjalanan dengan kereta ini. Hanya saja harus rela merasakan kereta berhenti
terlalu sering dikarenakan harus mengalah dengan kereta batubara. Kalau di Jawa
naik kereta ekonomi, harus mengalah ketika eksekutif lewat. Sedangkan kalau di
Sumatera even naik yang eksekutif tapi harus rela mengalah ketika kereta
batubara lewat.
Meleset hampir 1 jam
dari jadwal Alhamdulillah Sriwijaya merapat dengan selamat di Stasiun
Kertapati, sabtu, 22 September 2017 (sesuai dengan itinerary yang sudah aku rencanakan). Next, saatnya melanjutkan perjalanan menuju hotel. Keuntungan di
kota besar seperti Palembang, sudah ada transportasi ojek/taxi online. So,
setelah merapat tinggal booking transportasi online and let’s continue the
journey.
"Bagian dari 5 hari perjalanan Lampung - Palembang"Baca juga :
Cara Menuju Way Kambas
Penginapan di Way kambas
10 Alasan Harus ke Way Kambas
Jelajah Palembang