Menuju Way Kambas
Juni 06, 2018
Rabu, 20 September 2017
18.30
TransMart Cikokol. Heri, my travelmate sudah anteng menunggu dari tadi di lapak
KFC. Hari ini adalah rencana dimulainya long trip Lampung – Palembang.
Harpitnas hari jum’at setelah tanggal merah Tahun Baru Islam 1439H sudah aku
jadwalkan untuk libur dan mengelana ke dua provinsi di Sumatera, Lampung dan
Sumatera Selatan.
Sejatinya
dua provinsi besar ini sudah sering menjadi trek familiar bagiku terutama
dulunya ketika pertama kali merantau ke Jakarta dan pulang kampung menggunakan
bus NPM. Namun, hanya melewati begitu saja, belum sampai turun dan mengeksplor
lebih jauh. Ketika lewat Lampung aku langsung menjadi jenuh, provinsi
terpanjang di jalur lintas Sumatra. Sedangkan Palembang, memang pernah mengisi
tempat special di hatiku. Ketika dulu masa kecil pernah ditorehkan di sini oleh
Amak dan Ayah, merantau. Masa kecilku pun sebelum SD juga di sini. Belajar kata
iwak, sikok dan logat Palembang lainnya. Bahkan pe mpek khas daging ikan
rasanya juga di sinilah terbaik yang pernah aku icip. Ketika sedang asyik
menyantap pe mpek, tulang ikan tersangkut di gigi. Begitu juga dengan Ampera,
di sinilah satu-satunya potret keluarga utuh yang sampai saat ini masih melekat
di dompetku. Jujur, aku rindu akan nuansa itu.
Lampung,
provinsi yang beribu kota Bandar Lampung ini sejatinya banyak
destinasi-destinasi menarik yang layak didatangi. Sebut saja Pahawang dan
Kiluan, itu 2 diantara tempat jajahan para traveler yang sangat terkenal di
Lampung. Tapi entah kenapa aku belum terlalu tertarik dengan 2 spot tersebut,
ada yang lebih memikat lebih dari mereka, yaitu Way Kambas.
Taman
Nasional Way Kambas, begitulah nama lengkapnya. Kebanyakan orang mungkin ketika
mendengar nama Way Kambas yang terlintas dalam benaknya adalah gajah. Yap
betul, di sinilah tempatnya konservasi Gajah yang terkenal itu.
Ada
dua opsi pilihan untuk menuju Way Kambas, terutama dari ibukota Jakarta, bisa
via udara atau via darat dan laut. Simplenya kalau via udara, naik pesawat ke
Lampung dan dari bandara bisa lanjut dengan Damri. Repotnya ya via darat dan
laut, kudu banyak gonta-ganti transportasi dan perjalanan yang cukup jauh.
Karena demi menghemat budget dan ingin lebih mendapatkan pengalaman yang luar
biasa tentu aku memutuskan menempuh Way Kambas dengan opsi kedua.
19.00.
Arimbi sudah meluncur menuju Pelabuhan Merak. Sebenarnya banyak pilihan bus
untuk menuju Merak, namun Arimbi sudah pas menjadi pilihanku setiap kali hendak
menuju Merak. Sepanjang perjalanan tiada yang bisa dapat dilakukan selain
tidur. Menikmati perjalanan 3 jam menuju Merak.
Oya,
untuk ongkos Damri dari Tangerang ke Merak 23.000. Tiketnya langsung beli on
the spot. Jangan khawatir kalau bus penuh, karena setiap 20 menit sekali akan ada
selalu rute Tangerang-Merak. No telp Arimbi : (021) 5575 - 0909
22.00.
Finally sampai di Pelabuhan Merak. Sengaja memang kita sampai lebih awal di
Meraknya. Mending nunggu di Bekauheni daripada nanti kendala dalam
penyebrangan.
Turun
dari bus tanya sana-sini arah menuju loket pembelian tiket. Rata-rata sih
penumpang yang ke Merak pasti bakal nyebrang, jadi tinggal ikutin saja
kebanyakan arah ke mana penumpang setelah turun dari bus.
Meski
sudah hampir larut malam, ternyata kawasan pelabuhan masih ramai dengan
rutinitas warga terutama yang menjajakan makanan. Ah tentu saja godaan ini
tidak dapat dielakkan. Berhentilah di salah satu warung dan memesan 1 porsi
nasi goreng dan 1 porsi mie goreng. Lumayan, buat pengganjal perut nanti di
kapal.
Sedang
asyik-asyiknya menyantap nasi goreng bersama Heri, adalah seorang bapak yang
bertanya ke mana tujuan kami berdua. “Mau ke Lampung Pak, ke Way Kambas,”
jawabku.
“Berdua
aja?”
“Iya
Pak.”
“Hati-hati
ya. Lampung itu “keras”. Kalian dua-duanya perempuan lagi.”
Teg,
sudah kuduga. Kebanyakan masyarakat (masih) berpendapat demikian. Tapi memang
tak dipungkiri kenapa aku juga tidak mau solo trip menuju Way Kambas, karena
stigma demikian berhasil menggoyahkan keberanianku.
Loket tiket Ferry |
Selesai
makan, kaki beranjak menuju loket pembelian tiket. Sepi. Ternyata tak ramai
sama sekali antrian tiket malam ini. Harga tiket penyebrangan 15.000 dan setiap
30 menit sekali selalu ada kapal berlayar.
23.00.
Naik kapal.
23.30.
Kapal berlayar.
01.45.
Merapat di Bakauheni.
Dari
hasil perselancaran di dunia maya. Dari Bakauheni perjalanan dilanjutkan menuju
Rajabasa. Pilihannya bisa naik travel (semacam mobil pribadi) atau bus yang
ongkosnya lebih murah. Lagi-lagi aku memutuskan naik bus saja. Tapi sayangnya,
bus katanya, baru ada nanti sekitar jam 3 pagi. Alhasil, ngemper terlebih
dahulu di Pelabuhan Bakauheni. Kepit ransel dan kembali melanjutkan tidur.
03.00.
Aku dan Heri memberanikan diri keluar pelabuhan untuk mencari bus menuju
Rajabasa. Beruntungnya sudah ada bus yang siap berangkat. Kami berdua naik dan
jalan. Tapi sayangnya, tempat duduk yang tersisa persis di depan toilet. Ya
Allah, bau pesingnya. Kursi yang ada pun cuma kursi jongkok, kalau mau nyender
ya langsung ke pintu kamar mandi. Asap rokok pun sesekali keluar dari mulut
penumpang lain. Kalau tidak naik bis ini, takut ketinggalan jadwal Damri. Ya
sudah, akhirnya, pasang headset, pakai masker, putar musik dan tidur menekuk
kepala ke bawah. Enjoy the moment wilda. Tiket bus Bakauheni-Rajabasa 30.000.
05.00.
Selamat pagi Terminal Rajabasa. Turun dari bus hal utama yang aku cari adalah
masjid. Tentu utamanya melaksanakan kewajiban dan juga melakukan ritual rutin
ke belakang di pagi hari. Ternyata di dalam kawasan terminal tidak ada masjid
atau mushola sama sekali. Seorang pemilik warung mengarahkan ke sebuah masjid
yang terletak tidak terlalu jauh dari terminal. Okay, let’s go there. Sholat
subuh, buang air, cuci muka dan lap-lap badan. Selanjutnya langsung cari ojek
menuju Pul Bus Damri. Ingat, jangan berleyeh-leyeh waktu, karena jadwal Damri
Rajabasa – Way Kambas hanya sekali di jam 7 pagi. Itu artinya ketinggalan bus,
ya wassalam.
06.15.
Dapat ojek dan menuju Pul Bus Damri. Ongkos ojek 5.000. Langsung menuju loket
dan membeli tiket. Ternyata kata bapak petugas loket, nanti saja beli dan bayar
tiketnya di bus. Oke baiklah. Masih ada waktu tersisa sekitar 30 menit lagi.
Aku dan Heri berbagi tugas. Heri membeli perbekalan sarapan dan aku menunggu di
loket. Jaga-jaga kalau Damri datang aku bisa menyuruh menunggu sekejab,
menunggu teman yang sedang beli sarapan.
07.00.
Wow, ternyata kedatangan Damrinya ontime.
07.10.
Cus Way Kambas. Ongkos Damri 30.000.
Jarak
Rajabasa – Way Kambas lumayan jauh, sekitar 3-4 jam. Jadi pastikan dapat tempat
duduk yang nyaman di Damri agar bisa kembali melanjutkan tidur yang
tertunda-tunda dari semalam.
10.00.
Alhamdulillah mendarat dengan selamat di Tridatu, halte Damri menuju Way
Kambas. Make sure selalu kepada pak
sopir Damri untuk nanti minta diturunkan di Tridatu, Patung Gajah. Ini gerbang
terdekat menuju Way Kambas. Dari sini bisa dilanjutkan dengan ojek menuju ke
dalam. Jarak dari Tridatu Patung Gajah ke dalam sekitar 16KM dengan kondisi
jalan tidak beraspal. Ya namanya saja mau ke Taman Nasional, tentu situasi
sekitar adalah hutan belantara. Ada pangkalan ojek dekat sini, tapi memang tak
selalu stand by. Waktu itu saya naik
ojek dari Tridatu ke Way Kambas dengan ojeknya Pak Mukson. Monggo, bagi yang butuh
kontak beliau di nomor HP 0852-6753-4459. Kalau mau tektok ataupun baliknya
besok bisa minta dijemput lagi oleh beliau. Jadi nanti di dalam tidak repot
lagi nyari ojek untuk mengantar ke luar.
Well,
itulah perjalanan saya menuju Way Kambas. Next story, Insya Allah saya akan
kupas apa saja yang saya lakukan selama dua hari di sini.
Enjoy
Way Kambas J
Damri Rajabasa - Way Kambas |
"Bagian dari 5 hari perjalanan Lampung-Palembang"
Baca juga :
Penginapan di Way Kambas
10 Alasan harus ke Way Kambas
Lampung - Palembang
Jelajah Palembang
2 Comments
Hi Wilda! Nice post! Aku juga berencana ke Way Kambas untuk liburan di bulan April nanti.
BalasHapusUntuk kepulangan dari Way Kambas ke Bandar Lampung dari jam berapa dan berapa jam perjalanan ya? Thank you~
Regards,
@diniaqmarina
www.thedindin.com
Hi, Thanks sudah mampir. Untuk balik ke Bandar Lampung bisa menggunakan Damri lagi. Jam Damrinya sore hari sekitar 14.00-15.00. Baliknya lagi sama kayak berangkat, sekitar 3 jam.
HapusBisa baca story yang ini ya untuk perkiraan balik ke Bandar Lampungnya :
https://wildahikmalia.blogspot.com/2018/07/lampung-palembang.html