City Tour Pangkalan Bun
Februari 11, 2018Bunderan Pancasila |
Jum’at,
22 December 2017
Menjadi gerbang utama untuk masuk ke kawasan Taman Nasional
Tanjung Puting menjadikan Pangkalan Bun sebagai persinggahan pelancong baik sebelum maupun setelah dari Tanjung Puting.
Akses udara yang dapat ditempuh dari bandara Iskandar adalah titik awal
kedatangan setiap orang yang ingin merasakan sensasi lebih dekat tentang Orang
Utan. Pun begitu yang saya lakukan. Datang sehari sebelum trip Tanjung Puting
yang sesungguhnya dilakukan, saya memilih bersantai sejenak menikmati kota yang
merupakan Ibukota Kabupaten Kotawaringin Barat ini.
Lalu apa saja yang menarik dari Pangkalan Bun?
Tentu saja sebelum mendarat di sini saya terlebih dahulu
sudah melakukan riset, apa saja yang bisa dikunjungi di kota yang menjadi
bagian Kota Manis ini. So, ini dia beberapa tempat-tempat terdekat yang bisa
didatangi selama berada di Pangkalan Bun :
1. Bandara Iskandar
Pagi itu Trigana
Air mendaratkan dengan selamat seluruh penumpangnya dari Jakarta. Meski
beberapa kali turbulence, tapi
Alhamdulillah berhasil juga landing
dengan aman di Kalimantan untuk pertama kalinya bagi saya pribadi.
Bandara Iskandar
adalah satu-satunya bandar udara yang berada di Pangkalan Bun menghubungkan
beberapa kota di Indonesia antaranya dari Pulau Jawa : Jakarta, Surabaya,
Semarang dan sesama Kalimantan : Balikpapan, Pontianak, Banjarmasin dan tentu saja
ibukota Kalimantan Tengah, Palangkaraya. Maskapai yang beroperasi di sini diantaranya
: Garuda Indonesia, NAM Air, Susi Air, Wings Air dan juga Trigana Air (maskapai
yang first time saya naiki).
Bandara Iskandar |
Trigana Air |
Sesampai di
penginapan Mess Matahari tiada
yang lebih menyenangkan selain menyalakan AC, TV dan tidur nyenyak di atas
kasur. Maklum pelor. Tahu-tahu saya terbangun kembali ketika mendengar adzan
ashar dari masjid di depan penginapan. Guyuran hujan tampaknya baru saja reda.
Dan yang lebih menyiksa, saya baru ingat belum sedikitpun makan sejak tadi
siang. Perut keroncongan dan saatnya cari makan.
Saya turun ke bawah
dan mendatangi meja resepsionis, niatnya meminjam sepeda motor dan mencari
makan. Ternyata tidak satupun motor yang tersedia. Alhasil, saya merajuk pada
salah seorang staff Mess Matahari yang shift malam untuk menemani cari makan
dan keliling-keliling Pangkalan Bun sore hari.
Setelah perut terisi mulailah
langkah menyusuri Pangkalan Bun.
2. Sungai Arut
Ini adalah
destinasi berikutnya yang saya datangi. Sesampainya di sini saya merasa dejavu,
bayangan Sungai Musi menghampiri setelah melihat warna air Sungai Arut yang
sama keruhnya dengan Sungai Musi. Yang saya temui sore itu adalah bocah-bocah
yang sedang mandi dengan riangnya di aliran sungai sambil bersalto ria. Ketika
saya mengeluarkan kamera berbagai aksi mereka lakukan, dan bersorak
“poto-poto”. Di sisi lain juga ada beberapa warga yang sedang mandi.
Aktivitas di Sungai Arut |
Jika ingin merasakan
sensasi bersampan, di pinggir sungai ini juga terdapat perahu warga yang bisa
disewa untuk menyebrang ke kampung seberang atau hanya sekadar
berkeliling-keliling sungai.
Selain itu juga ada
yang baru di pinggiran sungai ini. Rumah warna-warni.
“Ini baru di cat lo
mbak sama warga. Kalo kita ke atas dikit bisa ngelihat rumah warna-warni ini
dengan bagus,” tutur Mas Ferry. Wow jika hal ini adalah bentuk dari usaha warga
mengenalkan kampung mereka untuk menarik wisatawan, I do appreciate.
Rumah warni-warni di pinggir Sungai Arut |
3. Istana Kuning
Tepat jam 5 sore
itu saya memasuki gerbang Istana Kuning setelah sebelumnya dari kawasan bawah.
Baru saja turun dari motor dan memotret sebentar tulisan Istana Kuning, gerbang
utama ditutup oleh petugas yang berjaga. Saya langsung berlarian dan memohon
untuk diberi izin bisa masuk sebentar ke dalam.
“Pak, saya
jauh-jauh dari Jakarta, tolong pak kasih izin sebentar aja, bisa masuk ngambil
beberapa poto.”
“Kenapa ga datang dari tadi?”
“Pesawat saya baru
tadi siang sampe trus kan ujan. Tolong lah pak,” saya memelas dari belakang
gerbang sambil mengepit tangan. Dan si bapak akhirnya luluh.
Sisi depan istana |
Tidak seperti
namanya, ternyata istana ini yang kuning hanya tulisan di depannya saja.
Setelah masuk ke dalam tidak sedikitpun ada kekentalan warna kuning baik itu
dari segi bangunan maupun isinya. Istana yang menjadi saksi sejarah Kesultanan
Kutawaringin ini juga tidak semegah yang saya pikirkan. Bahkan agak jauh dari
ekspektasi. Memasuki kawasan utama istana, di bagian kanan terdapat
lukisan-lukisan raja terdahulu. Tadinya saya berniat mengambil gambar lebih di
sisi ini dan membaca sekilas informasi yang tertera di sana, tapi karena tak
satupun pengunjung lain yang ada, bulu kuduk saya merinding ditambah lagi
pencahayaan lampu yang tidak terlalu terang. Saya segera ke luar dan menuju
sisi lain. Hampir sama, di beberapa sisi hanya pemandangan kosongan saja.
Katanya setelah kebakaran beberapa tahun silam, yang menghanguskan seluruh
bangunan beserta isinya, kini hanya tinggal beberapa replica saja. Selain itu,
beberapa bagian istana yang saya temui tampak tidak terawat, licin dan
berlumut. Meski begitu istana ini tetap menjadi saksi sejarah yang luar biasa.
Pemandangan dari kawasan bawah |
4. Bunderan Pancasila
Ini dia tempat
tongkrongan anak muda Pangkalan Bun. Semacam alun-alun. Selain dapat berpoto di
tulisan yang bertuliskan Pangkalan Bun dengan background tugu Burung Garuda, di
seberang jalannya berjejer para penjual makanan. Kedatangan saya di sore hari
sangat pas sembari menikmati petang menuju malam dalam keramaian yang tenang.
Burung Garuda di belakang sana |
5. Pasar Indrasari
Malam harinya saya
beranjak menuju Pasar Indrasari, sekadar mempernahkan dan melihat rutinitas
warga malam hari di pasar ini. Meski beberapa toko sudah ada yang tutup tapi
jalanan di sepanjang pasar tradisional ini tetep ramai oleh lalu-lalang
kendaraan dan orang.
---
Walau katanya
Pangkalan Bun itu, ya gini-gini aja, tapi entah kenapa saya mendapatkan sudut
pandang lain dari kota ini. Ketenangan kotanya, kebersihannya, lalu-lintas
kendaraannya dan keramahan penduduknya membuat saya jatuh hati pada pandangan
pertama. Tadinya malah berniat lagi extend
satu hari setelah dari Tanjung Puting. Tapi sayang setelah menghubungi maskapai
untuk reschedule, saya harus menambah
banyak untuk hal itu. Well, someday
semoga bisa balik lagi ke sini. Masih ada suku Dayak Lamandau yang ingin saya
datangi. Thank you Pangkalan Bun
sudah menjadi tempat persinggahan yang nyaman. See you again.
Thank you Pangkalan Bun |
0 Comments