Lobby utama resepsionis |
Sebagai salah satu
gerbang masuk menuju Taman Nasional Tanjung Puting tentu saja tak ayal Pangkalan
Bun menjadi kota persinggahan sementara baik itu sebelum atau setelah
berpetualang dari hutan Kalimantan. Pun, begitu yang saya lakukan. Datang satu
hari sebelum trip Live On Board (LOB) dimulai tentu saja Pangkalan Bun menjadi
pilihan utama saya untuk merasakan sensasi kota yang dikenal dengan julukan
Kota Manis ini. Sebagai solo traveler dan menginap hanya satu malam, tentu juga
saya akan berpikir masak-masak untuk menghabiskan kocek lebih hanya untuk
sebuah kasur dan bantal. Meski demikian saya juga tidak mau asal-asalan
mendapatkan penginapan yang begitu saja, murah tapi bukan murahan ya, begitulah
slogan saya.
Hasil perselancaran
di dunia maya dan tanya sana-sini saya mendapatkan beberapa rekokmendasi
penginapan murah. Berbasih hotel sih, tapi harga sangat bersahabat dengan yang
ditawarkan. Karena first time
menginjakkan kaki di Kalimantan dan pertama kali juga ke Pangkalan Bun tentu
saya sangat selektif mencari penginapan yang sesuai dengan selera dan budget.
Di satu sisi saya perempuan, seorang diri, tidak mau asal-asalan dapat penginapan.
Intinya aman, bersih, terjangkau dan
strategis.
Tangga menuju bawah |
Ternyata banyak
sekali mess-mess atau hotel-hotel murah yang berada di Pangkalan Bun. Tapi
salah satu hotel yang direkomendasikan tersebut, setelah saya baca beberapa
review di internet dan tripadvisor kurang membuat saya yakin. Oke akhirnya
skip. Setelahnya beberapa mess yang direkomendasikan oleh teman-teman hasil
saya bertanya di sosial media, juga membuat keyakinan saya kurang mantap.
Pasalnya, tidak ada review yang bertebaran di internet dan setelah saya telp,
petugas di seberang sana menjawab, “Khusus sales dari Jakarta, tapi kalau mau
nginep ga pa pa, confirm dulu dan DP.” Yaah, masih belum mudeng dengan kata sales akhirnya saya mencoba mencari penginapan
lain. Saya tidak mau, kalang-kabut lagi sampai di tekape. Sudah masuk kamar,
tidak oke, pindah penginapan. Oh no. I
don’t want to get that bad experience. Soalnya pernah pengalaman di
Sulawesi ketemu sesama traveler, pindah penginapan karena yang sebelumnya
terkesan horror. Ih kan takut ya. Kalau malam-malam lagi tidur trus ada yang
nyanyi-nyanyi atau manggil-manggil nama, gilanya lagi kalau sampai mati lampu.
Fixed, bersabar. Oke, optimis ada yang terbaik bakal didapat.
Kembali saya
ubek-ubek aplikasi booking online, mencari-cari informasi di internet, sosial
media dan berbagai informasi yang saya kumpulkan. Even kata temen-teman,
rempong amat dengan penginapan, tapi saya tidak peduli. This’s my journey, I deserve the best.
Cable TV in bedroom |
Yap, berkat ikhtiar
yang luar biasa, optimis dan kegigihan finally saya menemukan sebuah penginapan
yang tampak apik-di potonya. Fasilitas pun lengkap. Awalnya jujur, juga masih
sangsi karena tidak ada review yang bertebaran untuk penginapan ini. Tapi, saya
kuatkan keyakinan untuk booking online dengan gagasan, “Masa iya sekelas
Traveloka akan memberikan rekomendasi penginapan ecek-ecek.” Karena hotel kelas
murah (hotel pembanding) yang cukup ternama di Pangkalan Bun tersebut tidak
terdapat di Traveloka dan review di tripadvisor pun kurang bagus. Akhirnya,
bismillah Mess Matahari semoga yang
terbaik, meski belum ada yang review di internet, I’ll do it, the only and
the first one who review it. And this is….
Jum’at,
22 December 2017
Sehari sebelum keberangkatan ke Pangkalan Bun, ada nomor
baru yang menelpon saya di pagi hari. Berhubung tidak dikenal, otomatis tidak
saya angkat. Selang telp mati masuk lah sms. Oops, ternyata dari salah seorang
staff Mess Melati yang mau konfirmasi kedatangan saya. Lalu, tiba-tiba ada
pertanyaan, dijemput apa ga? Whats, ada fasilitas jemput ternyata. Tadinya
memang saya sudah berencana mau naik ojek saja ke penginapannya dari bandara
Iskandar, mentok tidak dapat ojek ya naik taxi bandara. Tapi berhubung bisa
dijemput langsung oleh staff Mess Matahari, tentu saja saya mengambil opsi yang
ini. Ibarat kata, cari aman. So, fasilitas pertama yang saya dapat dari Mess
Matahari adalah jemput bandara.
Karena sendiri ya dijemputnya pakai motor. So, bisa leluasa menikmati angin
Pangkalan Bun dan kenyamanan jalan rayanya yang sepi tidak sepadat Jakarta. Oya,
untuk fasilitas jemput bandara ini tentu ada biaya tersendiri ya. It’s not free guys .
Dibonceng Pak Upi |
Berdasarkan Traveloka, Mess
Matahari ini hanya berjarak 6KM sahaja dari bandara Iskandar dan terletak juga
di pusat kota serta tidak sampai 1KM menuju Istana Kuning, salah satu andalah
objek wisata di Pangkalan Bun (I’ll write
in the next post, one day tour Pangkalan Bun.) So, the next upportunity staying
here is the location in central city, strategic.
Well, biar lebih rincinya lagi, ini
loh fasilitas-fasilitas keren, kece badai yang ditawarkan oleh Mess Matahari :
1. Harga
Of
course, harga
pertimbangan utama bagi saya jika berbicara soal penginapan. Harga penginapan
pun tergantung dari perjalanan yang sedang saya lakoni. Ada kalanya, memang
sedang liburan mahal, yo tentu nginepnya di hotel kelas bintang. Tapi ada pula
lagi sedang backpackeran, tentu penginapannya juga kelas backpacker. Lagi-lagi
karena ini adalah solo trip, hemat budget, tentu ya cari penginapan yang murah tapi
fasilitas bintang lima (kalau bisa). Berapa harga semalam di Mess Matahari? Oh
guys, only 100k. Iya, cepek, seratus
ribu rupiah. Rp 100.000,- semalam jika booking on the spot atau langsung via
contact Mess Mataharinya. Namun, kalau booking via Traveloka Rp 120.000,-.
Perbedaan harga ini saya ketahui setelah ngobrol santai dengan petugas Mess
Matahari. But, worth it lah ya, apalagi dengan fasilitas lengkapnya loh.
Balcone lantai 2 |
2. WIFI
Fasilitas berikutnya yang membuat saya klepek-klepek tidak mau lepas dengan HP adalah internet gratisnya yang super-duper kenceng sampai lantai 2 sekalipun, di mana kamar saya berada. Entahlah, apa sedang sepi tamu (semua kamar tidak penuh) atau memang Mess Matahari cukup tahu kebutuhan tamu akan hal yang satu ini. Pokoke, WIFI nya top markotop.
Fasilitas berikutnya yang membuat saya klepek-klepek tidak mau lepas dengan HP adalah internet gratisnya yang super-duper kenceng sampai lantai 2 sekalipun, di mana kamar saya berada. Entahlah, apa sedang sepi tamu (semua kamar tidak penuh) atau memang Mess Matahari cukup tahu kebutuhan tamu akan hal yang satu ini. Pokoke, WIFI nya top markotop.
Rentetan kamar bawah di malam hari |
3. Para petugas yang ramah
Petugas yang saya temui, Pak
Upi dan Mas Ferry adalah dua orang yang berjasa dalam perjalanan saya kali ini.
Pak Upi yang bersedia jemput ke Bandara dan malam harinya mau berbagi cerita
kisah kelam Sampit beberapa tahun silam. Ilmu baru euy. Pun Ketika kelaparan
menghadang di siang menjelang sore hari itu karena rintik air hujan yang tidak kunjung
reda, untung ada Mas Ferry yang mau saya culik untuk mencari tempat makan
sekaligus keliling-keliling Pangkalan Bun (Yap,
I promise will write in the next post, one day tour Pangkalan Bun).
Sejatinya ada tiga orang
petugas Mess Matahari, yang bekerja shift dan stand by 24 jam.
Berasa di rumah |
4. Kamar
Ada 11 kamar tersedia di sini.
9 kamar di lantai bawah dan 2 kamar di lantai atas. Masing-masing kamar
tersebut di dalamnya fasilitas lengkap, AC, TV, meja, kursi dan 1 bed. Oya,
satu lagi cermin. Maklum wanita, jadi bentar-bentar ngaca kesenengan, apalagi
cerminnya cukup gede.
Kamar saya ada di lantai 2, nomor
10, persis kamar
pertama ketika sampai di lantai atas. Sebenarnya ada 3 kamar di lantai atas,
tapi ternyata yang satunya dipakai untuk kantor dan juga terdapat ruangan
kantor lainnya di lantai dua. Awalnya saya pikir adalah kantornya Mess
Matahari, hampir saja ingin ngobrol-ngobrol dengan orang yang ada di sana, kali
ada ownernya, bisa belajar atau siapa tahu ada peluang. Tapi ternyata itu
adalah kantor ‘nebeng’, katanya memang sih masih ada hubungan saudaraan dengan
Mess Matahari.
Meski tiap-tiap kamar hanya
terdapat 1 bed, tapi ternyata bisa tambah ekstra bed jika mau sekamar berdua.
Saya melihat tamu di lantai bawah bawa baby dan suaminya, ternyata mereka satu
kamar tambah ekstra bed, begitu jawab pak Upi ketika saya tanya karena kasihan
saja bapak emak si baby jika pisah ranjang.
5. Free Breakfast
Tadinya saya kira hanya breakfast standar saja. Sing penting ada. Paling ya secangkir teh, 2 lapis roti atau semacamnya. Tapi ternyata tidak. Sarapannya nasi. Nasi yang katanya nasi kuning, tapi berwarna agak merah, sebiji cabe merah besar dan 2 potong chicken ala-ala. But, again and again, worth it lah. Pagi-pagi sudah sarapan nasi, Indonesia banget cuy.
Tadinya saya kira hanya breakfast standar saja. Sing penting ada. Paling ya secangkir teh, 2 lapis roti atau semacamnya. Tapi ternyata tidak. Sarapannya nasi. Nasi yang katanya nasi kuning, tapi berwarna agak merah, sebiji cabe merah besar dan 2 potong chicken ala-ala. But, again and again, worth it lah. Pagi-pagi sudah sarapan nasi, Indonesia banget cuy.
Sarapan … jangan focus ke cabenya ya |
Mari nge-teh |
6. Pantry room-nya oke badai
Ada piring, mangkok, gelas, sendok,
garpu dan cangkir buat nyeduh teh dan kopi sesuka hati. Ada rak piring mini
juga, wastafel dan yang tidak kalah luar biasanya air gallon yang selalu stand
by dengan normal water and hot waternya.
Duh gusti, sebagai pecinta air anget tentu saja saya bahagia luar biasa bisa isi
ulang si merah (termos botol minum) berkali-kali untuk diteguk.
The green pantry |
7. Bathroom
Meski sharing kamar mandi tapi
kebesihannya cukup diperhatikan. Ada shower juga, bagi tamu yang suka pakai
shower atau bagi yang suka mandi pakai gayung, ciduk-ciduk, juga ada ember.
Toiletnya, toilet jongkok. Dan yang terpenting, bersih.
Menuju bathroom |
8. Cozy corner
Ada beberapa cozy room yang
sangat apik di penginapan ini. Selain konsepnya yang warna-warni, background
pas buat poto ala-ala instragramable, ada beberapa titik cozy room yang membuat
saya betah dan nyaman. Persisnya di lantai dua, ketika naik tangga sudah ada
sofa dan TV terpampang yang bisa dinikmati tamu. Selain itu meja makan yang di belakang
juga mempercantik suasana penginapan yang homy. Tidak ketinggalan juga ada
tempat jemur pakaiannya persis depan penginapan lantai dua, langsung menantang
matahari. Sure, dengan teriknya
matahari Pangkalan Bun, handuk basah habis mandi bisa langsung kering dalam
beberapa menit.
Bikin bentah santai-santai |
9. Rental Motor
Nah, yang satu ini juga tidak kalah pentingnya. Meski Pangkalan Bun adalah kota kecil yang even kata penduduknya, “ya gini-gini aja mbak” tapi jika punya waktu lebih sebelum atau setelah dari Tanjung Putting, eksplorasilah! Saya pribadi, jatuh cinta dengan kota ini karena jalanannya yang luas tapi tidak crowded kendaraan. Pokoknya ada sesuatu yang klik antara kota ini dan saya.
Nah, yang satu ini juga tidak kalah pentingnya. Meski Pangkalan Bun adalah kota kecil yang even kata penduduknya, “ya gini-gini aja mbak” tapi jika punya waktu lebih sebelum atau setelah dari Tanjung Putting, eksplorasilah! Saya pribadi, jatuh cinta dengan kota ini karena jalanannya yang luas tapi tidak crowded kendaraan. Pokoknya ada sesuatu yang klik antara kota ini dan saya.
Untuk putar-putar Pangkalan
Bun, Mess Matahari juga menyediakan sewa motor untuk tamunya yang ingin
berpetualang. So, kurang lengkap apalagi coba?
Alhamdulillah
tidur nyenyak di sini
|
Well, meski baru
berdiri 6 bulan tapi Mess Matahari sudah menunjukkan citranya di depan. Saya
saja sampai betah dan ingin rasanya menambah satu malam lagi nanti setelah
kelar berlayar dari Tanjung Puting. Tapi sayang ketika konfirmasi reschedule pesawat, saya harus menambah
cukup banyak untuk perubahan jadwal tersebut. Jadinya, ya sudah, cukup satu
malam yang berkesan di Mess Matahari.
So, jika bertapak
di Pangkalan Bun, jadikanlah Mess Matahari sebagai tempat kamu menghabiskan
malam warna-warni.
Mess
Matahari
Jl.
P. Antasari No.4 RT 13 RW 05 Kel. Mendawai
Pangkalan
Bun –Kalimantan Tengah
0852-4866-7940
Ini dia Mess Matahari – setelah diguyur hujan |