Puncak Guha Garut
November 04, 2017
Story
sebelumnya di sini ya
Singkat cerita setelah bermalam
di rumah teman bu Novi dan di jamu sedemikian rupa (makan enak, tidur nyenyak)
pagi-pagi sebelum adzan subuh berkumandang kaki dilanjutkan kembali bertapak ke
rumah teman bu Novi yang satunya. Teman yang inilah si trip planner. Kata bu Novi mereka sudah sering mengadakan kegiatan
trip-trip singkat seperti ini, semacam komunitas begitulah. Karena aku memang
tipikal cuek dan menggampangkan, ya ikut-ikut saja. Mau komunitas kek,
teman-teman kampus kek atau apalah namanya, intinya bertemu dengan orang-orang
baru adalah bagian dari kesukaanku dalam ber-traveling.
Tadinya aku pikir
kelompok jalan-jalan kali ini adalah segerombolan anak-anak muda-meski tidak
terlalu muda- yang memang hobby berpetualang. Namun, setelah Assalamu’alaikum
diucap yang membukakan pintu adalah seorang ibu muda. Ternyata trip kali ini
didominasi oleh ibu-ibu baik muda maupun tua yang memang suka jalan-jalan. Ada
yang bawa anak, ada yang menggadis (suami dan anak ditinggal di rumah) bahkan
ada yang masih punya baby dan membawa serta baby mungilnya tersebut berbaur
dengan tante-tante kece ini. Hanya aku dan satu orang gadis lainnya yang masih
single, selebihnya sudah bekeluarga. Ccckk salut euy, umur tidak membatasi hobby,
keluarga pun tidak membentengi hasrat. Intinya tetap dikondisikan saja
semuanya. Insya Allah berjalan seperti yang diharapkan. Tetiba ingat bu Novi,
“Ya iyalah, bu Novi aja meninggalkan anak dan suaminya di rumah.” Langsung
buncah hatiku membuah. Noted nih, even
someday you’ll have a family that doesn’t expect traveling so much like yours,
it doesn’t matter, just make a deal with that.
Berkenalan dengan orang-orang baru lagi.
Yuhuuu, it’s always
being something spectacular.
---
Niatan
yang tadinya berangkat jam 4 pagi akhirnya molor. Memang direncanakan berangkat
sedini mungkin karena mencapai Garut Selatan sangat lumayan. Jauhnya luar
biasa. Identik memang pantai-pantai cantik di Garut berada di Garut Selatan dan
mencapainya butuh perjuangan.
Jalanan berkelok lika-liku, kabut padat yang menutup jarak
pandang, tebing di kiri dan jurang di kanan kembali mewarnai perjalanan kali
ini. Aku yang duduk 2 kursi di belakang pak sopir tak henti-hentinya dibuat spot
jantung.
“Aduh kabutnya tebal banget ya pak? Keliatan ga jalannya?”
tanyaku cemas sambil berteriak pelan.
“Iya mba, ini makanya pelan-pelan,” jawab si bapak sambil
mendongak ke kaca depannya.
Jalanan tikungan yang tanpa ampun akhirnya berefek kepada para
penumpang. Hampir semua penumpang dalam elf putih yang aku tumpangi, tumbang,
mabuk dan muntah-muntah. Aku masih berusaha menahan diri dalam balutan scraft.
Bau minyak telon, minyak kayu putih, fresh care sudah mendominasi dalam elf.
“Uweek…uweeekk…” tak henti-hentinya bersahut-sahutan. Dari
belakang menjalar ke depan, dari depan ke bangku tengah, dari bangku tengah ke
bangku depanku dan seketika sepatu kananku kepanasan. Loh kok bisa, tiba-tiba
panas? Setelahnya baru aku tahu ternyata plastic muntahan teman di depanku itu
bocor dan mengenai sepatuku.
Alamaaak…
Masih dalam perjalanan menuju si Puncak Guha, dan masih
dalam mual berjamaah, elf pun minggir sesaat. Menyilakan penumpang turun dan
menghirup udara hutan pinus. Lebih tepatnya biar organ-organ tubuh rehat
sejenak dari tikungan jalan yang berkelok-kelok tiada henti.
Tikungan tanpa ampun cooi |
Puncak Guha, awalnya aku diberi
tahu Pantai Guha. Ternyata tidak ada pantai sama sekali di sini. Yang ada
hanyalah sebuah puncak dengan tebing tinggi dan ombak ganas yang sedang
bergulung-gulung di bawahnya. Pantai yang dimaksud, ada nun jauh di sana. Tapi
tidak dapat dicapai apalagi dari ketinggian Guha. Hanya bisa menikmati dari
atas sini.
Di kawasan Puncak Guha ini terdapat sebuah gua kelelawar,
namun sayang tidak bisa juga dijamah karena letaknya persis di bawah tebing.
Intinya, jika ingin menengok goa tersebut lebih dekat harus berani beradu nyali
dengan ketinggian tebing dan ombak ganas yang menanti di bawah sana. Satu lagi
yang tidak kalah penting, jam 10.30 pagi ketika pertama kalinya aku
menginjakkan kaki di sini dengan perjalanan kurang lebih 4 jam, anginnya
sungguh kencang, dahsyat luar biasa.
Mengambil beberapa jepretan yang mendekati bibir tebingpun, ngeri-ngeri
sedap. Ngeri takut terbang terbawa angin apalagi tebing-tebing di sini tidak
semuanya berpembatas.
Sebenarnya terdapat juga beberapa sisi dari puncak ini
untuk duduk bermenung sambil menikmati ombak diseberang sana. Kawasannya memang
cukup luas. Apalagi jikalau terik matahari sedang bersahabat, makin mepercantik
pemandangan sekitar. Hal terutama yang dapat dilakukan di sini ya itu,
menikmati laut lepas dan pantai di bawah sana.
Pantainya nun jauh di sana |
Di mana lokasi tepatnya Puncak
Guha?
Puncak Guha ini bertetanggaan dengan Pantai Ranca Buaya
yang berada di wilayah Kecamatan Bunbulang. Ranca Buaya memang lebih tenar
duluan dari lokasi yang satu ini. Dari Ranca Buaya tinggal berjarak 3 KM lagi
dan sampailah di kawasan Puncak Guha. Jangan berharap akan ada penunjuk jalan,
gerbangnya pun bahkan tak bernama. Elf yang kutumpangi bahkan hampir saja
melewatkan gerbang tersebut. Untung sudah ada yang pernah ke sini dan
meraba-meraba, sepertinya ini jalannya. Selain kurangnya petunjuk jalan, di
kawasan ini juga tidak ada satupun pedagang yang menjual makanan pun pedagang
cendera mata. Ada beberapa warung yang bertengger, but I’m not sure apa itu memang warung atau bukan. Karena tutup dan tak
tampak ada kehidupan.
Meski
masih kurangnya sarana dan prasarana infrastruktur dan penunjuk jalan, hal itu
tidak mengurangi sedikitpun kecantikan yang ditorehkan Puncak Guha. Guha
mempunyai daya tarik tersendiri akan keindahannya. Dan bagiku pribadi, entah
kenapa melihat potensi objek wisata yang belum terlalu melambung, membuatku
sedikit berbahagia, “Ya sudah, cukup biarkan saja seperti ini, buat apa
mendunia daripada tercemar oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab, cukup
diketahui oleh segelintir orang saja yang bertanggung jawab akan keindahannya.”
Tapi di satu sisi, kadang juga terbesit, “Ini saatnya lo kamu mengenalkan
Indonesia.” Entahlah, keduanya saling bergejolak. Intinya, nikmatilah selalu
alam yang sudah dikaruniakan Tuhan ini dengan cara bijak dan kepedulian
terhadapnya.
Our teaammm…. |
Sila cek video Puncak Guha di sini :
0 Comments