Siang itu saya
datang dalam terik matahari yang tegak menjulang di hamparan hutan Way Kambas.
Memasuki plang bertuliskan Selamat Datang di Way Kambas laju roda dua masih
terus berjalan membelah semak-semak di pinggir jalan. Dominasi masih dengan
jalanan tak beraspal, sesekali masuk lobang dan terus seperti itu sampai
menemukan beberapa warung berjejer di pinggir jalan. Pak Pal di depan terus
lurus sampai mentok lalu belok kanan. MAHOUT HOUSE tepat di tangganya, Pak Mukson,
ojek pangkalan yang mengantarkan saya dari pertigaan Tridatu berhenti dan menyilakan
untuk turun seperti yang dilakukan Pak Pal di depannya. Inilah dia penginapan
tempat di mana saya akan bermalam di malam pertama di Way Kambas ini.
Taman Nasional Way Kambas merupakan taman nasional incaran
saya setelah mengenal beberapa taman nasional lainnya di Indonesia terutama
saat eksplorasi Jawa Timur tahun 2014 silam. Ilmu yang dapat dipetik di sini
adalah ilmu Gajah. Ya, sebagai salah satu tempat konservasi Gajah ternama tentu
Way Kambas sudah sangat banyak dikenal oleh masyarakat luas termasuk juga
wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Karena rasa keingintahuan lebih dalam
itulah saya menobatkan Way Kambas menjadi list wajib kunjung tahun ini.
Awalnya saya hanya berniat untuk kunjungan tek tok saja.
Datang siang dan balik sore, menyesuaikan dengan jadwal Damri. Namun, ditengah
rombak itinerary perjalanan Lampung-Palembang akhirnya saya memutuskan untuk
merasakan sensasi malam berlalu di Way Kambas setelah mengetahui kalau ternyata
di dalam kawasan taman nasional ini ada fasilitas penginapan. Alhasil, setelah
berselancar di dunia maya saya menemukan kontak Pak Pal, selaku penanggungjawab
Mahout House.
Dikarenakan kunjungan saya ke sini adalah saat long weekend
ke khawatiran full booked pun
menghantui. Buru-buru setelah memantapkan rute perjalanan saya memutuskan untuk
keep 1 kamar untuk saya dan satu orang teman seperjalanan yang ikut mengarungi
lautan Sumatera bersama. Menghindari resiko, kalau-kalau on the spot ternyata
kamar sudah penuh semua. Masa harus tidur di kandang gajah?
So, apa fasilitas dan kelebihan
dari penginapan di Way Kambas ini?
Let’s check it out…
- Tidur berdampingan dengan gajah.
Yap,
penginapan ini persis terletak di sebelah kandang gajah. Saat malam tiba para
gajah akan beristirahat di kandangnya masing-masing. Tidur mereka akan diawasi
oleh pawang yang sedang piket malam. Bayangkan, sebelum tidur kamu bisa
menyaksikan puluhan gajah di kandang mereka masing-masing dalam sorotan lampu
kemerah-merahan dan ya jangan kaget juga ya, kalau malam-malam bakal mendengar
dengkuran gajah.
- You'll get a lot of privileges
Sebagai
tamu kehormatan yang menginap di Mahout House tentu saja ada
fasilitas-fasilitas mumpuni yang bisa didapat dengan cuma-cuma tanpa perlu by one get one free atau sampai
mengunggu discount up to 70%. Setelah
tercatat sebagai tamu dan konfirmasi fix kepada Pak Pal beliau sudah sangat
banyak membantu dan mengarahkan perjalanan sampai pertemuan pertama pun terjadi
di Tridatu.
Awalnya
saya mengira kalau Damri tujuan Way Kambas masih terus aktif mengantarkan para
tamu sampai ke dalam, kawasan utama Way Kambas. Namun, ternyata keputusan Damri
itu hanya berlaku beberapa bulan saja setelah di publikasikan. Setelah
dievaluasi ternyata jalur Damri kembali seperti semula, hanya sampai Tridatu
saja. Dari pertigaan ini Pak Pal menawarkan diri menjemput tamunya dan
mengantarkan masuk ke dalam kawasan Way Kambas. Itulah keuntungan pertama yang
di dapat antar-jemput Tridatu-Way Kambas.
Privilege
berikutnya adalah dapat tiket gratis menonton atraksi gajah. Yang mana
pengunjung lainnya diharuskan membayar tiket sedangkan saya dan teman disilakan
masuk sebagai tamu istimewa. Tidak hanya itu, saya pun diberi kesempatan untuk
ikut andil dalam atraksi bersama si tampan Pangeran (*gajah). Alhamdulillah ya.
Pangeran tersenyum saat mencium saya |
Tidak
sampai di situ saja, Pak Pal juga mengguide dengan sempurna. Diberi kesempatan
juga bermain hingga mengenal lebih dekat rumah sakit gajah. Tak ketinggalan
yang saya tunggu-tunggu, safari gajah dengan jalur yang berbeda dari biasanya.
Safari hampir satu jam tapi bayarnya cuma setengah jam. Next, saya akan kembali
lagi ke sini untuk merasakan safari malam yang ditawarkan oleh Pak Pal.
- Kamarnya yang luas dan lega.
Di dalam
kamar terdapat dua kasur, lantai yang masih besar dan lega. Bahkan satu kamar
ini bisa menampung hampir 10 orang dan tidak akan dikenakan cash apapun, dalam
artian harga tetap sama meski bawa satu keluarga (kakek, nenek, mama, papa,
kakak, adik, ponakan-ponakan) tidur di dalam satu kamar. Murah kan?
- Tersedia 6 kamar.
So,
monggo bisa diboyong seluruh keluarga untuk merasakan nuansa menginap di salah
satu taman nasional di Indonesia ini.
- Ada 4 kamar mandi
Tapi pada saat saya menginap
hanya 3 kamar mandi yang berfungsi. Kamar mandinya juga bersih, ketersediaan
air juga diperhatikan di sini. So, tidak usah takut air bakal mati. Kalau mati
tinggal minta tolong kepada petugas yang ada, mereka sungguh care terhadap tamu yang menginap.
Setidaknya begitulah yang saya rasakan ketika mau mandi malam hari dan air
tidak menyala.
- Dilengkapi dapur umum, wastafel dan juga kompor.
Kurang lengkap apa lagi coba?
Tentu saja saya tidak melewatkan fasilitas ini. Sebagai seseorang yang suka
minum air hangat saya menyalakan kompor dan mulai masak air, untuk mengisi
termos air panas dan tentu juga untuk menyeduh teh dan jahe susu hangat.
Sayang, kurang komplit mie rebus tidak tersedia di dalam ransel. Andai punya
stok mie, telur dan rawit nikmat tak terhingga rasanya, malam-malam ditengah
hutan ditemani semangkok mie rebus dan jahe hangat.
- Menikmati sunset dan sunrise persis di depan kamar.
Membuka pintu kamar di pagi
hari akan disambut oleh sang mentari yang siap beraksi. Duh, betapa pagi yang
memukau kala itu. Sedangkan sore kemaren sunset pun juga berhasil menyentuh
hati persis di dekat kandang gajah. Setidaknya dua pesona matahari ini bisa
menjadi “fasilitas” tambahan untuk para tamu yang menginap.
View ciamik persis depan kamar |
- Sebagai informasi warung-warung yang berjualan di sekitar objek Way Kambas baru buka jam 8/9 pagi dan sudah tutup jam 4/5 sore. So, pastikan diluar jam tersebut sudah punya stock makanan. Karena di Way Kambas tidak akan ada fasilitas delivery makanan apalagi go-food. Kalau tidak bawa bekal, bisa pesan ke warung yang buka, bungkus, dan bawa ke kamar untuk disantap. Air mineral pun juga begitu. But, kemaren itu setelah menyetok 2 liter air mineral di kamar ternyata malam harinya petugas yang jaga mengantarkan juga 2 liter air beserta gelas ke kamar. I don’t know, was facility or wasn’t.
Balkon di bekalang penginapan, masih bisa buat leyeh-leyeh |
- Kelebihan lainnya kalau menginap di sini adalah bisa poto sepuasnya dengan gajah. Dari berbagai gaya dan sudut pandang, dari berbagai object dan latar, terserah. Kembali ke poin ke dua, salah satu privilege yang bisa didapat ketika menginap di sini. Mau berfoto seperti apa, bisa. Bisa di atur tentunya.
- And the last one is price
Ini dia nih yang
ditunggu-tunggu. Berapa harga semalam untuk menginap di Way Kambas? Tidak perlu
mengeluarkan sampai 300rb rupiah sudah bisa mendapatkan semua fasilitas dan
keuntungan seperti yang dijabarkan di atas. Rp 250.000,- saja untuk satu kamar
per malamnya. Silakan mau diisi berapa orang dan memakai dapur sepuasnya,
begitu ujar pak Pal. Tapi,tetap sadar diri ya, kalau mau menginap dan masak rame-rame.
Way Kambas adalah
kehidupan gajah yang menarik untuk dipahami lebih dalam. Datang dan
berkunjunglah ke sana! Akan banyak ilmu yang didapat. Baik dari penjabaran para
petugas yang sudah berkecimpung puluhan tahun di dunia gajah maupun dari keadaan
sekitar yang menimbulkan rasa keingintahuan yang banyak. Yuk, berkunjung ke
Lampung dan jangan lupa mampir ke Way Kambas.
"Bagian dari 5 hari perjalanan Lampung - Palembang"
Baca juga :