Kalibiru - Kulon Progo |
Ini adalah kali
kesekian kunjungan saya ke kota yang lekat dengan julukan Kota Pendidikan di
kalangan masyarakat Indonesia. Kedatangan saya memang tidak semata-mata karena
niat traveling. Namun, ada keperluan lain, tugas dari kantor dan menghadiri
wisuda salah seorang teman di sebuah universitas ternama di Jogjakarta. Dua
event tersebut berlangsung di tahun yang sama, tahun 2017. Seperti biasa, saya
tidak mau melewatkan begitu saja ketika sudah datang ke suatu daerah/kota. Intinya,
saya spend waktu satu hari untuk
menjelajah. Ketika urusan dari kantor, saya iyakan dengan syarat setelahnya
saya butuh satu hari untuk merasakan udara Jogja setelah urusan kelar.
“Saya mau berangkat,
tapi ga mau tektok. Hari ini pagi sampai Jogja, besok saya mau jelajah Jogja
dulu dan sore/malam baru balik lagi ke Jakarta.” Begitulah kira-kira mau saya
ketika kantor menugaskan.
---
Lalu apa saja yang
bisa dieksplorasi sehari di Jogja? Jawabannya, banyak. Karena Jogja tidak akan
pernah kehabisan destinasi untuk memanjakan setiap mata yang berkunjung
padanya.
1. Kalibiru – Kulon Progo
Sehari pertama yang
saya miliki di Jogja adalah berkunjung ke Kulon Progo. Tentu saja daya tariknya
adalah Kalibiru dengan spot poto di atas pohon pinus dan dilatari pemandangan
Waduk Sermo nan ciamik di belakangnya. Tidak lupa pula Perbukitan Menoreh juga
menambah keindahan yang dapat dilihat dari objek wisata yang baru saja naik
daun ini.
Spot wisata yang
terletak di Desa Hargowilis, Kecamatan Kokap, Kabupaten Progo ini berhasil
membuat jantung saya deg-degan ketika melalui jalanan menuju ke lokasi.
Bagaimana tidak, jalanannya sempit, tanjakan tanpa ampun, tanjakan, tikungan,
tanjakan, tikungan lagi begitu seterusnya. Sebelah kanan tebing, sebelah kiri
jurang, papasan mobil pun tidak bisa. Harus gentian kalau roda empat sudah
naik, yang turun harus sabar, petugas mengkondisikan pakai HT. Untung driver
mobil yang saya sewa lebih mengarahkan pakai ojek saja ke atasnya. Meski
jalanan tanjakan berliku, aspal jalan sudah terawat dengan baik. Tapi tetap
harus kondisi kendaraan dicek terlebih dahulu sebelum dibawa bertarung
dijalanan Kalibiru.
Khasnya objek
Kalibiru ya itu, berpoto di atas pohon pinus. Banyak sekali spot-spot yang
sudah dibangun dan itu semuanya identik di atas pohon pinus. Mulai dari spot
yang berbentuk love, bunder, bulat dan lain sebagainya. Safety Alhamdulillah
sudah terperhatikan dengan baik di sini.
So, bagi yang
penasaran dan ingin mendapatkan poto ciamik di atas pohon pinus, tidak ada
salahnya ketika berkunjung ke Jogjakarta, wajib memasukkan destinasi ini ke
dalam rangkaian perjalanan.
2. Hutan Pinus Imogiri
Lokasi ke dua yang
saya kunjungi dalam sehari sebelum beranjak sore ke bandara adalah Hutan Pinus
Imogiri. Dari namanya saja sudah ketahuan andalan objek ini adalah pohon-pohon
pinus yang menjulang tinggi. Terletak di
Desa Dlingo, Mangunan, Bantul lokasi yang satu ini tidak terlalu jauh
dimasukkan dalam itinerary ketika selesai berkunjung dari Kalibiru. Di sini,
para pengunjung pastinya bakal ketagihan mengabadikan setiap moment dikelilingi
pepohonan pinus. Spot-spot photogenic
yang tersedia lumayan banyak, dan salah satunya yang paling popular adalah
panggung pertunjukan di tengah-tengah hutan. Pun, banyak juga para pasangan
muda-mudi yang mau mengikat janji mengabadikan moment di sini dalam poto
prewedding.
Fasilitas lain yang
tersedia di sini adalah gardu pandang, musholla, kamar mandi dan juga
warung-warugn sederhana. Kawasan yang luasnya 500ha ini tentu saja juga
memberikan ketenangan dan kedamaian tersendiri bagi para pengunjungnya. Puas
mengabadikan setiap gaya poto di sini, ambilah nafas sejenak, duduk di bawah
pohon pinus, menengadah ke atas dan tariklah nafas, lepaskan sejenak semua
penat dan beban di pundak. Imogiri juga cocok untuk tempat bergalau ria dalam
ketenangannya.
Hutan Pinus Imogiri |
3. Pantai Wedi Ombo
4. Pantai Jogan
5. Pantai Timang
Kunjugan berikutnya
saya merubah haluan menuju Gunung Kidul. Tentu saja targetnya adalah menyisir
pantai-pantai yang bertebaran di sepanjang jalanan Gunung Kidul. Ada tiga
pantai yang saya kunjungi dalam sehari, pertamanya adalah pantai yang ini,
karena jaraknya paling jauh dari dua pantai lagi yang akan saya datangi.
Tidak terlalu sulit
menemukan pantai yang terletak di kelurahan Jepitu, Kecamatan Girisubo ini.
Tinggal mengikuti saja petunjuk jalan yang tersedia, kalau ragu tinggal tanya
GPS (gunakan penduduk setempat). Karena jaraknya yang lumayan jauh dari
Jogjakarta, sekitar 80 km better menggunakan
roda empat daripada roda dua.
Tampak Pantai Wedi Ombo dari atas parkiran |
Pantai Wedi Ombo ini
mungkin memang banyak yang belum familiar dan namanya pun belum setenar
nama-nama pantai lainnya yang berjejer di sepanjang Gunung Kidul. Tapi jangan
salah, banyak yang bisa dilakukan di pantai yang unik oleh batu-batu karangnya
yang tersebar disepanjang bibir pantai. Salah satunya bermain air di kolam
tersembunyi yang diapik oleh gugusan karang. Pantai Wedi Ombo juga memiliki
ombak yang bagus, tentu saja hal itu dimanfaatkan juga untuk berselancar.
Ada hal unik yang
saya temui ketika berkunjung ke sini. Tiba-tiba ada yang menjepret beberapa
aktivitas saya dan memperlihatkan hasil jepretannya. Kalau saya suka, saya bisa
ambil file tersebut dalam bentuk soft file. Satu poto seharga lima ribu rupiah.
Ternyata ide ini digagas oleh para pemuda setempat demi melambungkan nama Wedi
Ombo. Selain itu mereka juga menyediakan fasilitas snorkeling dan juga tempat
penyewaan alat selancar. Oya, kalau punya waktu lebih menikmati Wedi Ombo, juga
sudah tersedia sebuah resort/penginapan di sekitar pantai (Joglo Wedi Ombo,
Cottage and Resort). Lokasi ini sangat pas untuk menyaksikan matahari terbenam
kembali ke peraduannya.
Pantai Wedi Ombo |
Setelah dari Wedi
Ombo bisa dilanjutkan ke pantai berikutnya, yaitu Pantai Jogan. Khas dari
pantai satu ini adalah adanya air terjun alami yang berasal dari sungai yang
jatuh langsung ke laut lepas. Tidak kalah penting pengunjung yang datang bisa
merasakan sentuhan air terjun yang tingginya sekitar 10m tersebut. Salah satu
cara menikmatinya bisa dengan rappelling
di air terjun. Semua perlengkapan sudah disediakan oleh operator setempat.
Hanya dengan membayar 35.000 rupiah rasakanlah sensasi menuruni air terjun ke
pantai Jogan. Sayang, saya tidak membawa baju ganti, jadi hanya bisa
membayangkan tanpa merasakan.
Selain itu baru-baru
ini juga sudah dikembangkang atraksi lainnya di kawasan Jogan, yaitu sebuah
gondola kecil dan kapal yang menjorok ke laut sebagai spot poto. Tapi sayang,
di mata saya tambahan spot seperti gondola kecil ini merusak pemandangan asri
sekitar Pantai Jogan untuk menatap jauh ke lautan lepas dan bukit-bukit hijau
disekitarnya.
Satu lagi spot di
kawasan ini, adanya sebuah goa kelelawar yang bisa diakses dari perbukitan
hijau. Mintalah bantuan pada pemuda/warga sekitar untuk menemani jika ingin
lebih dekat ke arah bibir goa. Atau kalau hanya sekadar ingin menikmati lautan,
naiklah ke puncak bukit dan nikmatilah sepoian angina laut dari atas sana
dengan pemandangan kawasan sekitar Pantai Jogan, bebukitan dan lautan lepas.
Pantai Jogan |
Ini adalah spot
terakhir jelajah pantai di Gunung Kidul. Ketika menanyakan arah Pantai Timang
dari Pantai Jogan, pemuda setempat menyarankan untuk naik motor saja. Karena
jalanannya yang cukup jauh dari jalanan utama dan kontur jalanan yang sedikit
ekstrem. Bisa si dengan roda empat namun kudu harus hati-hati dan make sure sang driver memang ahli dalam bidangnya.
Tanpa mau ambil resiko saya pun memutuskan untuk lanjut dengan ojek motor dari
Jogan menuju Timang. Dua spot ini tergolong berdekatan namun memiki perbedaan
medan.
Kalau
Wedi Ombo identik dengan kolam tersembunyinya dan Jogan dengan air terjunnya,
lain lagi dengan Pantai Timang. Di sini (area yang berbeda) tidak ada pantai
sama sekali, tidak ada pasir putih, tidak ada ombak yang bisa langsung disentuh
oleh kaki. Yang ada hanya tebing tinggi menjulang dan diseberangnya ada pulau
kecil, Pulau Timang. Icon dari spot yang satu ini adalah kereta gantung
(gondola) yang dioperasikan manual dari bibir tebing ke pulau diseberang.
Dulunya gondola ini hanya digunakan oleh masyarakat sekitar untuk mencari
lobster di seberang sana. Namun banyak wisatawan yang tertarik untuk menguji
adrenalin naik gondola tersebut, akhirnya dibukalah untuk umum. Selain itu,
objek yang terletak di Padukuhan Danggolo, Desa Purwodadi, Kecamatan Tepus ini
juga terus berusaha mengembangkan daya tariknya. Satu spot tambahan pun baru dibangun
di sini. Tidak kalah menantangnya, sebuah jembatan penghubung dari tebing ke
pulau seberang. Hayo mau pilih yang mana? Gondola atau jembatan gantung?
Dua-duanya bakal membuat jantung dag-dig-dug.
So,
jika berkunjung ke Jogjakarta dan punya waktu walau sehari saja, jangan lupa
untuk sempatkan eksplorasi. Banyak kok yang bisa dijajah. Tinggal sewa motor
atau rental mobil
Jembatan menuju Timang. Berani coba? |