Aku
menitikkan air mata membubung ke angkasa. Menahan perih, menelan kembali kisah
dan menutup episode kali ini dengan berusaha tegar seperti biasa. Aku melangkah
lunglai dan menyembunyikan butiran kesedihan itu dibelakang kacamata. Aku
kembali dihadapkan pada kata perpisahan dalam pengembaraan ini. Perantauan ini
masih panjang, tetapi episode kali ini sudah selesai.Tamat.
Hidup
= awal-akhir
Aku
tidaklah seperti apa yang tampak dari luar. Pertemuan, merajut hidup, keluarga
baru, kisah dan perpisahan. Inilah yang aku lakoni ± 6 tahun ini di ranah
orang. Banyak sudah etape-etape yang sudah aku lalui. Roda itu sudah aku lewati
dari tiap sisi. Kali ini kembali terpaksa ku menutup sebuah kisah dimana
sebenarnya aku ingin terus melanjutkan sampai episode yang tidak terbatas
karena atas nama sebuah keluarga.
Ya, sebuah keluarga baru yang sudah aku bangun 1 tahun 10 bulan 1 hari. Jauh
dilubuk hati, aku sudah nyaman berada di rumah baru ini. Tapi … lagi-lagi … apa
aku memang benar tidak ditakdirkan untuk berada di zona zaman?
Entahlah.
Kamis, 09 Juli 2015, 4.48 pm
Aku
memberanikan menulis kisah ini. Berbagi dan mengenang semua lelucon, canda-tawa
serta jatuh-bangun di rumah ini. Aku ingin meluapkan semua pada oret-oretan
blog ini. Semua serasa membuncah dihati. Campur-aduk dan tidak karuan.
Semata-mata
kisah ini aku tuliskan demi mengingat kalian semua kawan. Terlalu banyak ilmu
dan pelajaran hidup yang aku timba di sini. Terlalu banyak ketegaran yang aku
kumpulkan dari sini. Terlalu banyak bekal hidup yang aku bawa dari sini. Dan
terlalu banyak aku mencintai kalian semua. Ya…. Dibalik kemelut hidup yang aku
punya di rantau orang, tanpa terasa kalianlah keluarga itu. Kalian …. Iya
kalian semua.
---
09 September 2013
Aku
datang ke sini mengetuk pintu rejeki dan berniat beribadah di lahan ini.
Seperti
anak baru kebanyakan, aku terlihat kaku, pendiam, penurut dan sudah bisa
ditebak karyawan yang lugu. Tapi itu di awal. Sepanjang perjalanan karir aku
terus berusaha beradaptasi, berbaur dengan kalian dan bercita-cita kelak juga
bisa seperti kalian semua.
Tanpa
terasa hari berganti minggu, minggu berganti bulan dan bulan berganti tahun.
Dan tahun pun berganti kata perpisahan.
Esok
adalah harinya. Hari dimana aku tidak akan menduduki kursi biru itu lagi. Hari dimana aku
tidak akan berceloteh panjang lebar lagi. Hari dimana aku tidak akan membanting
telepon itu ketika marah besar. Hari dimana aku tidak akan bernyanyi-nyayi ria
mengusik seisi ruangan. Hari dimana aku tidak akan ber be-te abis di saat
sedang tidak mood. Semua akan berubah. Ya, bukanlah hidup ini juga mengajarkan
perubahan dari detik ke detik. Aku bukan Wilda yang dulu lagi. Dan kalian juga
bukanlah kalian yang sekarang ini.
Izinkan
aku teman, berbagi cerita sedikit tentang sosok kalian. Cerita yang nantinya
juga akan aku kisahkan kepada anak cucu ku kelak. Cerita yang nantinya akan
bisa aku kenang di saat rindu menyapa kalian. Cerita yang pasti akan mengalir
sebuah ungkapan “Kalian Luar Biasa”.
MBA NUNIK
(Nunik Lantria)
Hai
mb Nunik, apa kabar?
Dia
adalah sosok perempuan perkasa yang pernah aku kenal. Apa adanya yang luar
biasa, yang telak ku makan mentah-mentah.
“Cowo
itu juga lihat cewe dari kakinya. Pake sepatu napa kalo elo traveling.”
“
Beli anting kek, cincin kek, kalung kek biar keliatan cewe punya perhiasan.”
“
Duduk kaya di warteg aja lu. Gemana mau dapat cowo.”
“
Perawatan donk, suka jalan tapi muka kaga di rawat.”
Begitulah
empat dari ratusan nasehat yang sering men skak mat batinku. Kalimat-kalimat
pedas yang sering membuat ku berpikir panjang dan sering berkata, “Helloo
Wilda, elu itu cewe, dengerin tuh nasehat.”
“Berisik
Wilda, gandeng ah.”
Haa haa ini juga kalimat-kalimat yang sering menghujam ku
ketika stress melanda dan gila merasuk jiwa. Bukan berhenti, malah aku makin
menjadi-jadi. Bukannya seorang anak kecil, jika dilarang malah makin candu? Ya … aku anak kecil
itu. Usia muda di lingkungan ini.
Mb
.. maaf ya kalau ada kata-kata yang salah selama kita kenal. Tolong di beri
do’a selalu Wilda kece ini. Lancar juga segala urusanmu. Dan kapan kita Abuba?
Atau Hanamasa?
PAK BAY (Bayu Setyaji)
Ya,
bisa dibilang dia yang paling resek. Resek tangannya, resek ulahnya dan rese
juga otaknya. Pertama bersebelahan tempat, hampir semua dia menopang kerjaan
padaku. Ha haa … untung saja Pak Bay elu ketemu gue yang baik hati, tidak
sombong dan rajin menabung ini. Jadi semua beres-res. Walaupun begitu, elu
setidaknya banyak memberi ilmu bagi gue. Iya ilmu, ilmu kerja dan juga ilmu
hidup. Ilmu games juga. Berkat elu gue jago bakal bisa dibilang ketinggalan
trend setelah berhasil menaklukkan permainan “Subway Surf”.
Elu
jangan banyak-banyak rese lagi Pak Bay. Cukup gue korban yang jantungan
gara-gara HP gue di bajak dan diancam bikin status gila yang terhina. “ Please,
ada cowo ganteng donk yang mau jadi pacar gue.” Shitttt ….. apa-apaan itu.
Turun pamor gue kalo itu berhasil elu ungkap ke media masa. Ingat umur Pak Bay.
Iya, gue suruh elu ngingat umur ajah, dari pada elu ingat yang lain-lain. Trus
jangan suka ngentutin orang tua. Kualat elu entar.
Oya,
salam ya buat dua ponaan gue “Abil dan Balan”. Semoga kita dilain waktu
dipertemukan lagi lebaran malam takbiran di Purwokerto atau di ulang tahun Abil
di tahun depan. Sukses selalu buat Pak Bay dan sekeluarga.
PAK MUN (Mundakir)
Apa
kabarnya Salatiga Pak Mun?
Kapan-kapan
Insya Allah saya akan bertandang ke sana lagi. Masih banyak puncak-puncak yang
belum saya jamah di kampung halamanmu. Lebaran tahun ini, aku tidak akan
menebeng dengan mu lagi sampai Tegal. Aku tidak akan merasakan lagi 31 jam
menuju Purwokerto. Tahun ini aku ingin menengok kampung halamanku. Sama seperti
mu, terkadang aku juga merindu bertegur sapa dengan keluarga ku di sana. Tidak
seperti mu yang bisa dua minggu sekali meluncur dengan Laju Prima.
Oya,
kapan mau traktir saya makan lagi sesekali di Jojo? Nasi Padang? Narwi? Atau
warteg belakang sekolah SD? KFC? Rujak? Haa haa mungkin tidak akan pernah lagi
ya.
Terima
kasih lo Pak Mun. Sesekali uang saku yang sering kau beri padaku, cukuplah
untuk membeli satu bungkus nasi padang dan paket Hokben Teriyaki untuk makan
malam ku.
“Jangan
stress Wil !!! “ itu kata-kata yang sering kau ucap di hari-hari belakangan
ini. Tidak Pak Mun. Aku tidak stress, hanya ingin menjadi normal saja. Haa haa
PAK
HARNO (Suharno)
Assalamu’alaikum
Pak Ajiiiiii.
Gemana,
Bromo cetar membahana kan?
Beliau
adalah yang tertua di kantor ini. Beliau selalu mengingatkanku dengan ayah ku
di kampung sana. Mereka hanya beda beberapa tahun. Sering di waktu senggang
kami berbagi kisah, inspirasi dan petuahnya selalu melekat dihatiku.
“Kamu,
emosi itu Wil yang harus bisa diredam.”
“Iya
Pak, saya akui itu adalah kelemahan terbesar saya.”
“Saya
tahu, itu adalah pembawaan dari lahir (gen). Bisa dari orang tuamu atau kakek
nenekmu. Itu tidak bisa dihilangkan, tapi itu bisa diredam dan dikontrol. Jangan
meledak-ledak. Harus bisa mengontrolnya.”
Aku
paling senang dikritik seperti ini. Semakin mengingatkan ku untuk selalu
mengintrospeksi diri ke jalan yang lebih baik lagi.
“Kamu
masih muda. Peluang lain diluar sana siap menunggumu.”
Iya
Paak Haji. Terima kasih do’a dan dukungannya. Sekarang, jalan baru itu sudah di
depan mata saya. Insya Allah saya siap menghadapinya. Dan terima kasih juga
titipan do’a saya di tanah suci berkenan untuk disampaikan lebih dekat
kepada-Nya.
Siap
Pak Aji … Semgangat-semangat. !!!
OM ALEX (Farid Bayubrata)
Ah
sebenarnya malas untuk memasukkan nama ini didalam kisah kali ini. Tapi sosok
lelaki yang satu ini sudah terlanjur masuk dalam album petualangan, ya apalah
daya, mau-tidak mau dia ikut dalam bagian. Heee hee … becanda om … abisnya elu
keseringan om do. Hoax.
Jagi
gemana om, asah batu akik berjalan lancar?
Kebelakang
masih sering ga?
“Wil,
ga bisa nih.”
“Ga
bisa kenapa om?” Gue deg-deg takut BG bermasalah.
“KTP
gue mati.”
Ya
elah, elu udah berhasil bikin jantung gue dag-dig-dug om. KTP elu mati, SIM
juga … Naudubilleh … elu om om. Trus kalau semua mati gitu, kenapa kaga di
urus? Salah gue gitu. Iya deh, salahin gue ajah, emang gue buat disalahin kok.
Wkwkwwk .. hanya orang-orang tertentu yang bisa faham dengan paragraph terakhir
ini.
Sukses
selalu buat elu ya Om.
EKAL
Bocah
tengil satu ini tidak lebih muda dari umur adikku. Tetapi dia termasuk yang
beruntung duluan daripada aku yang masih meratapi nasib ketika menulis cerita
ini. Ya, walau terkadang menjengkelkan lah sikapnya ketika diminta tolong ke
bank atau keluar, tetapi dia tetap menjadi bagian dalam cerita non fiksi ini.
Sukses selalu bro….
Terima
kasih Tuhan, Kau berikan aku kesempatan untuk merajut persaudaraan, berbagi
kisah, berkarir dan menimba ilmu banyak di lumbung ini. Keluarga baruku
terbentuk di sini. Kau titipkan secercah kebahagiaanku pada mereka.
Terima kasih Tuhan, rejeki-Mu tiada pernah
terbatas untukku. Engkau sisipkan orang-orang mulia disekitarku, Engkau ijinkan
aku mengenal mereka lebih jauh. Meski buku ini telah tamat. Aku siap menulis
kisah baru dihadapan sana.
Pada akhirnya memang perjalanan manusia
tidak ada yang tahu, hanya bisa berencana, tapi Engkau penentu segalanya.
Good bye team … Sukses selalu untuk kita semua.
BSD, 10 July 2015
“Dialah
Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya
dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya kamu (kembali
setelah) dibangkitkan.” (Al-mulk : 15)