Semangat Pagi Negeri Laskar Pelangi
Juni 30, 2015Semangat pagi Belitong |
Menikmati
liburan, terutama vacation murah,
banyak memang beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mewujudkan impian
jalan-jalan ke negri orang terutama bepergian menggunakan jasa transportasi
udara. Seperti traveling saya kali ini. Berawal dari kesekian kalinya ajakan
teman untuk bertandang ke Negri Laskar Pelangi saya abaikan, dengan alasan tiket
pesawat yang harganya masih membuat kantong jebol, saya terus berharap kelak
bisa mendapatkan promo maskapai yang enak dikocek. Setidaknya 250 ribu atau 500
ribu PP Cengkareng – Tanjung Pandan.
Tanpa pernah putus harap, akhirnya purnama
merindu-bulan menyambut. Yeee …. Tiket GI PP 500 ribu pun akhirnya di tangan.
Promo kah? Jawabannya bukan. Tiket ini adalah tiket teman dari salah seorang
teman saya yang batal berangkat ke Belitong dan saya berniat untuk membayar
tiket tersebut 40% lebih murah dari yang sudah dia pesan. Sayang toh kalau
hangus begitu sahaja. Mending digantikan teman, pinjam KTP dan transaksi barter
pun berlangsung.
Jujur,
sebenarnya ini adalah kali pertama saya terbang menggunakan identitas orang
lain, walau sudah sering mendengar cara ini dari teman-teman backpacker lainnya
yang sudah banyak sukses terbukti prakteknya. Kuncinya, PD saja ketika check
in, bismillah, dan terbang.
Lalu bagaimana selanjutnya untuk eksplorasi
Belitong sekitar?
Ya ya ya ….
Jalan-jalan
itu tidak harus mahal bro
Jalan-jalan
itu tidak harus membobol celengan
Jalan-jalan
itu tidak harus meratapi nasib karena kekurangan asumsi jatah makan
Dan
jalan-jalan itu ….. bisa semurah mungkin, murah lagi, murah banget, bahkan
semurah-murahnya tergantung kita mensiasati dan membungkusnya sedemikian rupa
tanpa ada celah untuk berboros rupiah.
Tapi
kali ini….. saya melancong bukan dengan jalan ngeteng, numpang sana-sini
ataupun numpang tidur di bandara atau bahkan di rumah penduduk setempat. Jadi
judulnya bukanlah perjalanan seorang backpacker melainkan perjalanan seorang
guide yang baik hati diberi kesempatan menjejakkan kaki di negri Ahok tanpa
harus pusing sana-sini mencari tempat sandaran hati , eh sandaran badan
maksudnya.
Traveling saya kali ini disponsori oleh salah
seorang teman penghuni Belitong yang menjalankan bisnis travel kenamaan dan
memberi saya peluang untuk trip gratis dengan syarat menjadi tour leader.
Aha
… rejeki anak sholeha memang tidak kemana. Hanya bermodal ticket return yang
tidak sampai setengah harga normal penerbangan saya sudah bisa menjelajah tanah
kelahiran Andrea Hirata ini.
Memang ya, untuk jelajah Belitong walaupun
dilakukan dengan cara backpacking tapi tetap harus menyewa kendaraan baik roda
dua maupun roda empat. Dari satu spot ke spot lainnya lumayan bro jaraknya, apalagi tiada transportasi
umum dimari. Untuk penginapan, hotel atau semacamnya sudah banyak menjamur, mau
yang dekat dengan Bandar udara H.A.S Hanandjoeddin pun ada atau lebih tepatnya
di kota Tanjung Pandan.
Hari Pertama
Sabtu, 11 April 2015
Pukul setengah lima pagi aku sudah memulai
perjalanan dari BSD-Tangerang Selatan menuju Bandara International Soekarno
Hatta. Flight ku bersama Garuda pagi ini jam 7.30 menuju Tanjung Pandan. Disamping
maskapai ini sering bolak-balik Jakarta-Belitong, ada dua maskapai lainnya yang
juga menawarkan harga cukup bersahaja seperti Citilink dan Sriwijaya. Ketiga
jagoan udara ini dapat kamu sesuaikan harga tiketnya dengan kesanggupan dan
kenyamanan yang diinginkan.
07.30 Bismillah …. Penerbangan singkat ±
50 menit siap mengudara.
Bandar Udara H.A.S
Hanandjoeddin Tanjung Pandan
08.30 Semangat pagi Negeri Laskar Pelangi,
here I am ….
Alhamdulillah pagi ini penerbangan lancar
jaya dan mendarat dengan selamat di Bandar udara yang juga terkenal dengan
sebutan Bandar Udara Buluh Tumbang ini. Bandar udara yang satu-satunya berada
di Tanjung Pandan, Kabupaten Belitung, Kepulauan Bangka Belitung ini terus
membenahi diri terutama sejak wisata Belitung mengudara lewat buku dan film
yang diangkat dari novel inspirasi karya Andrea Hirata. Perpanjangan landas
pacu pun diperluas hingga 2.250 m dan resmi digunakan sejak 17 Desember 2013
demi makin memaksimalkan melayani rute penerbangan domestic seperti Jakarta,
Palembang dan tentunya Pangkal Pinang. Rehat sejenak sembari mengabadikan
beberapa jepretan dan kemudian siap menuju hotel yang terletak disalah satu dari
dua belas kelurahan ibukota Kabupaten Belitung yaitu Tanjung Pandan.
Tiga
puluh menit dari bandara sampailah saya di Jl. Duku Pangkallalang, dia bernama
Penginapan Mitra Belitung. Penginapan dua lantai ini akan menjadi tempat rehat
dua malam bagi saya selama bertugas menjelajahi Belitung.
Tidak
cukup lama, hanya sekadar menaruh ransel dan kemudian segera siap berdamai
dengan perut. Ya …. Mari sarapan.
Mie Belitung Atep
Kedai mie yang sudah berumur puluhan tahun
ini terletak di Jl. Sriwijaya No. 27. Rasanya tidak lengkap petualangan ke
Belitong kalau tidak mampir ke warung yang juga banyak disinggahi oleh para
artis untuk mencicipi menu andalan mie, ketimun, kentang, emping dan udang yang
berpadu dengan kuah kental yang enak, nikmat dan menggoyang lidah.
Bukan tempat mewah yang akan menyambut
para pecinta kuliner yang datang kemari, melainkan sebuah warung sederhana yang
banyak terpampang muka-muka terkenal di setiap dinding warung yang terus
mempertahankan cita rasanya sejak pertama
berdiri tahun 1973. Bernama sama dengan pendirinya, tempat jajanan
kuliner khas Belitung ini tidak pernah sepi pengunjung bahkan selalu banjir
pelanggan terutama di akhir pekan.
Menyantap
hidangan istimewa sembari ditemani wajah-wajah televisi dari berbagai kalangan,
artis kenamaan Indonesia, pelawak seperti tukul bahkan politisi Megawati pun
pernah menyempatkan diri makan di kedai ini ketika berkunjung ke Negri Laskar
Pelangi. Tapi jangan heran jika datang mencari Mie Atep di kala weekend, jam-jam makan, atau bahkan ketika
liburan panjang, membludaknya para pecinta Mie Atep yang datang akan membuat
beberapa pelayan handal di warung tua
ini kewalahan.
“Satu porsi harganya berapa mbak?”
Pertanyaan itu menjurus langsung ke saya tak kala ketika membawa nampan besar
berisi empat porsi Mie Atep. Self-service
ini namanya.
Duh
pertanyaan si tante ini membuat saya segera ingin mengajukan CV. Haa ha ha
Pelayan
Mie Atep … boleh lah itu gelar perdana yang saya sandang ketika hari pertama
bertapak di Negri Laskar Pelangi.
Perut kenyang, hati pun tenang dan saatnya
segera bersenang-senang.
Tujuan berikutnya adalah bertolak ke
Belitung Timur.
Belitong ………….. I am ready to
explore your beautiful scenery.
Replika SD Muhammadiyah
Laskar Pelangi
Bangunan
baru ini–karena bangunan aslinya sudah punah dimakan waktu, terletak di
kecamatan Gantung yang bertepikan sebuah danau elok nan masih alami. Replika
sekolah yang bertengger di atas bukit bertanah putih ini dibangun untuk terus
dapat mengenang kisah buku terlaris sepanjang masa tentang 10 orang anak miskin
yang terus mempertahankan pendidikan mereka demi cita-cita yang diidamkan.
Bangunan asli SD ini dulunya terletak di
SD N 9 Selingsih sekaligus menjadi tempat lokasi syuting film yang diangkat
dari novel yang sudah diterjemahkan dan diterbitkan di lebih dari 20 negara di
empat benua di dunia. Lebih dekat menelisik, bangunan ini tampak seperti gubug
doyong yang sudah disangga dua kayu besar di sisi kirinya.
Bertuliskan hijau “SD MUHAMMADIYAH
GANTONG” lokasi ini merupakan must visit
spot jika bertandang ke Belitong. Tidak hanya terkenal dari novel karangan
Andrea Hirata, tapi jutaan kaki yang sudah bertapak di sini juga mengenal
bangunan yang hanya menyisakan beberapa kursi dan meja reyot ini dari film
arahan sutradara kondang Riri Riza yang meluncur di bioskop seluruh Indonesia pada
tahun 2008.
Mengitari
bangunan sekitar, baik tampak dari luar maupun dalam, membuat memory flash back kepada alur cerita Laskar
Pelangi yang juga pernah dipentaskan di TIM. Ruangan kelas nyaris melompong,
meskipun terisi oleh 7-9 meja-meja khas sekolah negri. Melangkah ke sebelah
kanan akan didapati sebuah sumur yang juga merupakan replika pendamping sekolah
ini.
Siang yang cukup terik ini saya menjumpai
beberapa orang bocah kecil yang sedang bermain dilingkungan replika sekolah
yang diresmikan pada tanggal 27 November 2010. Keceriaan dan keriangan mereka
cukuplah sedikit mewakili wajah-wajah penduduk lokal yang dulunya pernah
menjadi lokasi pertambangan timah pada masa kolonial Belanda.
Museum Kata Andrea
Hirata
Bermimpilah
karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu
-Andrea
Hirata-
Pertama
menginjakkan kaki di tempat ini, banyak sekali kata-kata semangat yang melecut
diri saya. Tidak hanya disuguhkan dalam bentuk tulisan, namun juga dipadu-padan
dalam potretan yang diiringi berbagai macam inspirasi. Cuplikan-cuplikan setiap
halaman dan kisah baik dalam novel maupun film terjabar dengan elok di museum
yang berlokasi di Jl. Raya Laskar Pelangi No. 7 Gantong, Belitung Timur. Dikelilingi
ilalang dan berseberangan dengan sebuah masjid, menjadikan tempat bersemedinya
karya terbesar Andrea ini sebagai tempat singgah kedua bagi saya.
Berbagai karya sastra inspiratif terpampang elok dan bisa memainkan hati
setiap pengunjungnya untuk menggenjot semangat lebih jauh. Disetiap ruangan di
dalam museum dipenuhi oleh berbagai kisah perjalanan para laskar dari negri
pelangi ini. Seolah pengunjung diajak melalui setiap episode-episode dari kisah
Laskar Pelangi melalui gambar, tulisan yang membuat pecinta museum jadi terbuai.
Dari
luar bangunan ini tampak hanya seperti sebuah rumah petak. Tetapi jangan kaget
ketika sudah memasukinya. Bak kata pepatah inggris, “Don’t judge a book by its cover” ternyata
bangunan ini sungguh luas. Satu ruangan, dua ruang bahkan melebihi dan uniknya
tiap ruang ini dinamai berdasarkan tokoh para lakon Laskar Pelangi seperti
ruang Ikal, ruang Lintang, ruang Mahar dan ruang dapur tentunya.
Ruang dapur ?
Oh tentu …. Jika sudah terasa lelah mengitari
museum yang diresmikan langsung oleh penulis novelnya pada bulan November 2012,
pengunjung dapat beristirahat sejenak di ruang dapur belakang yang memang
sengaja disediakan untuk menjamu para tamu dengan secangkir kopi khas “Kupi
Kuli”. Meskipun tidak ditarif biaya masuk museum, namun untuk dapat merasakan
seduhan nikmat warkop ini pengunjung tetap membayar kenikmatan tersebut.
Merasakan sensasi aroma kopi yang langsung dimasak ditungku dapat menemani
gelak-tawa sembari menikmati suasana museum.
Oh
ya, tidak hanya dapat menikmati secangkir kopi, di museum sastra pertama Indonesia
ini, pengunjung juga dapat memberikan tegur-sapa kepada teman, sanak-family
ataupun orang-orang tercinta lainnya diluar sana.
Bagaimana caranya?
Yaitu dengan berkirim post card langsung dari Museum Kata ini, kartu pos yang berlatar
lika-liku museum ini akan manjadi pengurai silaturahmi kepada orang-orang
tercinta di seberang sana. Saya juga sempat terfikir untuk mengirimkan satu
buah post card. Tapi hanya sampai
terfikir saja. Berfikir lebih jauh, pikiran saya mentok. Mau berkirim untuk
siapa ??? #mikirkeras
Setelah masa pemikiran yang panjang, saya
kembali menjamah satu sisi lain di museum ini. Beralih kebangunan warna-warni
disebelahnya dan terus membaca tulisan-tulisan inspiratif lainnya serta menyapa
tokoh-tokoh terkenal lain ; JK Rowling, Alice Munro, Ishmael Beah dan tentunya
si penggagas museum luar biasa ini Andrea Hirata.
Berkunjung ke suatu museum, tidak hanya
sekadar datang, poto-poto dan berlalu begitu saja. Tetapi ketika berkunjung ke
Museum Kata Andrea Hirata ini, banyak kisah dan inspirasi yang saya tampung
terutama dalam dunia sastra. Bagaimana sebuah sastra tersebut mempunyai peran
penting dalam kehidupan dan dapat merombak bahkan semakin menumbuhkan kecintaan
saya pada karya-karya sastra dunia terutama buah karya anak bangsa.
0 Comments