Ala Backpacker menuju Negri di Atas Awan (Dieng)
September 22, 2014
Kisah perjalanan ‘Long
Trip Lebaran 2014’ (24 Juli–5 Agustus 2014):
Jakarta-Purwokerto-Wonosobo-Dieng-Jogja-Probolinggo-Bromo-Rakum-Malang-Bandung-Jakarta
Pesona Negri di Atas Awan |
Story
sebelumnya disini
Part I
Bis kecil
ini mengingatkanku akan bis Solok-Sijunjung. Ketika PKL* di Bukittinggi bis itu
menjadi langgananku setiap 2 minggu sekali mau mudik ke rumah. Teriakan sang
kernet “Sobo-Sobo-Banjar” dengan logat jawa mendok menjadi andalan telingaku
berbanding dengan sang kernet “Solok-Solok-Bukik” dengan logat minang yang
khas. Membayangkan keunikan dua bahasa ini aku senyum-senyum sendiri sesekali
melirik sang kernet. Betapa indahnya bangsaku ini dengan keragaman yang
dimilikinya kami dipersatukan dengan bahasa persatuan “Bahasa Indonesia” .
Akhh,,, semakin cintalah aku akan negeri yang kaya ini.
Kecepatan si Teguh (bis Pwt-Sobo) pagi ini 11-12 dengan kecepatan bis Solok-Bukik . Akkkh,,, serasa jiwaku kembali ke kampung halaman tak elak melihat sawah kiri-kanan dan sang matahari yang benderang di pagi ini.
Si Teguh lewat sekilas memasuki Terminal Purbalingga. Sekejaaaap sekali, lumayan menambah 1 penumpang ibu-ibu dengan putra kecilnya berkaos jearsey. Kemudian laju bis kembali meluncur dengan kecepatan kopajanya.
08.04 am. Masih di Banjarnegara dan bis sudah tampak sesak dengan beberapa penumpang berdiri. Tanpa disadari disebelah kiri ku sudah duduk seorang ibu muda menggendong baby mungilnya dalam balutan gendongan baby berwarna pink. Sreeet ...... kembali impian-impian ini terkotak-kotak dibenakku , kelak ingin memiliki sebuah keluarga besar bahagia dan kan ku ajak buah hatiku mengenal dunia lebih luas dan lebih jauh, supaya dia selalu dapat menghargai hal sekecil apapun di dunia ini. Aamiin.... kembali senyum sungging mengamini ujung bibirku .... pasang headset dan Coldplay pun berdendang .................
“ I don’t care, go on and tear me apart ““ I don’t care if you do, ooh ““ ‘Cause in a sky, ‘cause in a sky full of stars ““ I think I saw you “
Mari melanjutkan mimpi .........................08.15 am . Terminal Induk Banjarnegara09.25 am . Terminal akhir Wonosobo lanjut angkot kuning ke pusat kota 3.000 rupiah – micro bus ke Dieng 10.000 rupiah
10.43 am Selamat pagi Negri di Atas Awan .................Yapppp .... betul sekali . Tujuanku kali ini adalah menapakkan kaki di ranah Dieng yang terkenal akan budaya dan panoramanya serta dingin yang menusuk tulang. Tanah ini juga sudah lama menjagi list wajib dalam note travelingku. Dan finally on Tuesday, 29 August 2014 aku dapat menjejakkan kaki di sini, tepatnya hari kelima perjalanan long trip ku kali ini.
Candi Gatotkaca - Dieng |
Seperti yang diketahui, sebenarnya banyak
sekali para EO / Agen Perjalanan yang menyediakan paket wisata menuju Negri di
Atas Awan ini. Baik itu yang memang open
trip maupun yang share cost
sesama para penjalan kaki atau kumpulan anak-anak traveler. Tapi bagaimana
kalau kesulitan untuk join dengan salah satu event tersebut, misal waktu yang
kurang cocok, harga yang kurang pas atau alasan lainnya ? Waiit,, tunggu dulu
….. saya akan berbagi tips dan segala kemudahan akses menuju, menjelajah dan
mencintai Dieng dengan cara yang berbeda, dengan kantong backpacker dan dengan
cara pejalan mandiri yang bisa dikalkulasi dan dipersiapkan sendiri dengan cara
yang maksimal terutama bagi para pelancong yang berasal dari Ibu Kota Jakarta.
Dieng merupakan sebuah kawasan dataran tinggi vulkanik aktif yang berada di sebelah barat kompleks
Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing, tepatnya masuk wilayah Kab. Banjarnegara dan
Kab. Wonosobo. Dataran yang memiliki ketinggian rata-rata 2.000 mdpl ini merupakan
gunung api raksasa dengan beberapa kepundan kawah dengan suhu berkisar 15-20°C di siang hari dan
10°C di malam hari
. Walaupun dengan kondisi cuaca yang demikian, masyarakat Dieng sudah terbiasa
menghadapinya. Kecuali bagi para pengunjung / wisatawan persiapkan diri
semaksimal mungkin dengan mengutamakan keselamatan dan kesehatan lahir dan
batin.
Terletak di antara dua kabupaten di Jawa
Tengah, Wonosobolah pilihan rute paling mudah untuk menuju kawasan penghasil
sayuran dataran tinggi ini.
Nah, untuk akses menuju Wonosobo (dari
Jakarta) ada 2 alternatif :
-
1. Menggunakan Bus keberangkatan malam hari dari berbagai terminal di Ibu Kota atau2. Kereta Api Indonesia (KAI) adalah alternative kedua .
Telaga Warna - Dieng |
Kedua jasa
transportasi di atas menyuguhkan masing-masing kepuasan bagi para pelanggannya.
Tinggal menyesuaikan dengan itinerary yang anda inginkan, misalnya bisa dengan
contoh itinerary di bawah ini :
Berkunjung
saat weekend (sabtu-minggu)
- Berangkat
malam (hari jum’at setelah pulang dinas/kerja) dari Jakarta menggunakan Bus
- Pagi sampai
di Terminal Wonosobo
- Angkot ke Kota (atau
turun langsung di kota, bilang sama kernet mau ke Dieng)*
- Lanjut
microbus menuju Dieng
- Estimasi sampai
Dieng max. siang (jam 12-1 an)
- Explore
Dieng
- Hari ke-dua
: Sunrise Sikunir
- Lanjut
explore
- 11-12 an
turun kembali ke Wonosobo
- Sore kembali
ke Jakarta
- Senin pagi
bisa kembali aktivitas
Mudah kan ?
Jika menggunakan tranportasi kereta api
- Kereta Progo dari Ps. Senen-Purwokerto 22:30-03:53 Rp 50.000,-
- Lanjut ke Terminal Purwokerto
- Purwokerto-Wonosobo ( Bus paling pagi , bus jam 04.00 sudah ada)
Ada 2 bus :
yang ke Semarang bis besar tapi lewat wonosobo dan bis kecil yang pemberhentian
terakhir Wonosobo. Saran saya pilih yang kecil, selain bodynya yang ramping
kecepatannya juga maksimal dan tidak nge-tem lama.
- Perjalanan 2-3 jam
- Jam 9 – 10 pagi sampai Wonosobo dan selanjutnya bisa diikuti itinerary di
atas (via bus)
- Jika balik ingin menggunakan Jasa KAI lagi. Sore bisa kembali ke Purwokerto
dan melanjutkan perjalanan balik ke Jakarta menggunakan Kereta Senja Utama
Yogya jam 23.12
Keuntungan utama menggunakan jasa transportasi kereta api pada liburan saat
weekend atau hing season adalah pasti terhindarnya dari kemacetan lalu lintas
selama dalam perjalanan. Tapi semuanya kembali kepada waktu, kondisi, situasi
dan kenyamanan anda dalam berwisata. Apapun pilihan anda, nikmati pilihan
tersebut dan jalani dengan ceria .
Lalu ................ bagaimana dengan penginapan, kuliner / tempat makan,
menelusuri wisata-wisata Dieng atau cara untuk dapat berdiri cantik di Bukit
Ratapan, memeluk dingin Sikunir, berbagi cerita dengan Arjuna, bertegur sapa
dengan Kawah Sikidang, Telaga Warna, Telaga Pengilon serta belajar sejarah di
Museum Kailasa ?
Tenang ................ semuanya akan saya bagi secara lengkap sesuai
dengan perjalanan solo backpacker saya menuju desa paling “terpencil” di Jawa
Tengah ini untuk menjajaki daerah pegunungan para dewa dan dewi yang bersemayam
di Negri Atas Awan - Dieng .
Bukit Ratapan – Dieng |
0 Comments